Satu
cerita pada tanggal 3 April 2013 yang rasanya ingin kubagikan melalui
Kompasiana bayi elektrikku. Siang itu Teh Kodar (bukan nama sebenarnya)
tetangga didepan rumahku sedang berbincang dengan Mamah sambil terisak. Saat
melihat situasi itu aku bertanya didalam hati tentang apa yang sedang mereka
bicarakan. Berhubung setelah Stroke aku menjadi semakin ‘Kepo’, maka aku pun
mendekati mereka dan Teh Kodar pun sepertinya tidak keberatan dengan
kehadiranku dan dia tetap bercerita. Rupanya Teh Kodar sedang merasa sakit hati
atas perlakuan Ayahnya yang secara tidak langsung mengusirnya dengan berkata
“Coba kalau sudah menikah dan bersuami itu tinggal sendiri jangan sama orang
tua.”
Ucapan
Ayahnya disertai dengan bentakan juga beberapa ucapan kasar lainnya ternyata
cukup membuat Teh Kodar sakit hati dan membuatnya teringat akan perlakuan
Ayahnya yang sering menyiksanya sewaktu kecil yang aku sendiri pun pernah
menyaksikannya. Saat itu usiaku jika tidak salah 9 tahun dan Teh Kodar berusia
14 tahun, saat itu aku menyaksikan Teh Kodar dihajar habis-habisan dan
ditendang dari dalam rumah hingga teras dan tidak hanya hari itu saja Teh Kodar
diperlakukan dengan keji sewaktu kecil. Sekarang saat Teh Kodar sudah berusia
32 tahun, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan dia memilih tinggal
bersama orang tuanya atas dasar permintaan Ibunya tapi entah kenapa Ayahnya
berkata demikian. Bentakan dari ayahnya itu ternyata justru berhasil menguak
luka yang sudah lama terkubur dan kini muncul kembali kepermukaan. Mungkin
karena anak-anak yang mendapat kekerasan dimasa kanak-kanak selalu mudah
mengingat lukanya dari masa kanak-kanak ketika orangtuanya kembali bersikap
tidak menyenangkan sementara lukanya selama ini belum sembuh karena selama ini
hanya coba dilupakan saja dan tidak pernah diobati. Mungkin lho ya,
persisnya bisa di tanyakan saja pada ahli kejiwaan.
Dengan
terisak Teh Kodar bercerita tentang perlakuan buruk yang dia terima dari
Ayahnya semenjak dia kanak-kanak yang menurutnya selalu saja tanpa alasan yang
jelas sedangkan adik-adiknya tidak mengalami hal yang sama seperti yang dia
alami sehingga dia merasa diperlakukan dengan tidak adil. Teh Kodar juga
bercerita bahwa dia pernah marah besar ketika melihat suaminya memarahi anak
pertama mereka. Dia merasa takut setiap kali melihat anak kecil dimarahi pleh
laki-laki dewasa karena Teh Kodar selalu melihat sosok dirinya dimasa
kanak-kanak setiap kali melihat anak kecil yang sedang dimarahi dan ada
ketakutan berlebih akan amarah laki-laki dewasa itu nantinya akan berakhir pada
sebuah penyiksaan seperti yang pernah Ayahnya lakukan.
Dengan
santai aku berkata agar Teh Kodar segera memaafkan Ayahnya dan memahami kondisi
ayahnya karena menurutku hanya memaafkan dan saling memahami kondisilah
salah satu jalan keluar untuk bisa terbebas dari masa lalu yang buruk dan bisa
menjadi jalan untuk mengakrabkan hubungan orangtua dan anak. Aku memang 5
tahun lebih muda darinya tapi aku berani berkata demikian dengan santai karena
aku juga pernah mengalaminya. Ibuku yang lembut dan sakti mandraguna dahulu
adalah seorang penyiksa yang dahsyat saudara-saudara. Aku dan adik-adikku dulu
hidup dalam siksanya saat masih kecil.
Ibuku
bahkan menyediakan lidi yang sudah dikepang untuk dia gunakan saat menyiksa
kami. 15 batang sapu lidi dia bagi menjadi tiga bagian, masing-masing bagian
terdiri dari 5 batang lidi lalu ketiga bagian itu dikepang seperti mengepang
rambut dan diikat dengan karet pada kedua ujungnya. Aku pernah mengajak
adik-adikku berkomplot untuk menyembunyikan kepangan lidi dan hasilnya Mamah
akan menggunakan batang kayu sapu rumah untuk memukul kami jika dia sedang
marah dan tidak menemukan lidi kepangnya. Ternyata dipukul dengan batang kayu
sapu rumah rasanya lebih sakit daripada lidi kepang sehingga kami tidak pernah
mencoba untuk menyembunyikannya lagi.
Biasanya
kami akan dipukuli jika kami susah atau melawan saat disuruh membantu
mengerjakan pekerjaan rumah atau jika kami telat pulang ke rumah saat bermain
atau jika kami hanya bermain dan menonton tayangan televisi saja sehingga kami
jadi tidak ingat untuk belajar dan pergi mengaji atau jika nilai rapor kami
merah. Aku juga sering merasakan sakit akibat pukulan Ibuku karena berbagai
alasan lainnya dan dia selalu melarangku menangis walau aku merasa sakit. Dia
akan terus memukulku jika aku menangis sehingga saat itu aku hanya bisa diam
dan menikmatinya saja sambil mencaci maki didalam hati. Siksa fisik bagiku
menjadi hal yang biasa, rasa sakit tidak lagi terasa aneh dan mungkin itu
jugalah yang menjadi penyebab ketika aku jatuh, tabrakan atau apapun hingga aku
terluka, berdarah dan merasakan nyeri karena luka biasanya aku akan jarang
menangis seperti perempuan kebanyakan mungkin aku tidak menangis karena aku
sudah kebal dengan sakit pada fisikku.
Saat
duduk dibangku SMP aku tidak lagi mendapat pukulan siksa fisik tapi berganti
dengan siksa hati karena Mamah selalu mengatai aku bodoh, tidak berguna, tidak
bisa menjadi panutan untuk adik-adikku tau kata-kata yang lainnya. Sehingga aku
selalu menangis sebelum berangkat sekolah dan selalu menangis setiap kali
bangun tidur karena aku selalu terbangun disambut dengan amarahnya akibat
ulahku sendiri yang susah bangun pagi. Tapi rupanya kata-kata justru lebih
menyakitkan daripada kepang lidi ataupun batang sapu sehingga membuatku cengeng
dan rajin menangis dalam sepi. Oh iya saat SMA kelas 1 Ibuku tiba-tiba
menghajarku dengan batang sapu rumah karena saat itu kepangan lidi memang sudah
tidak pernah lagi digunakan baik untukku ataupun adik-adik. Hari itu aku memang
sedang sial saja sehingga menjadi sasaran amarah karena Mamah sedang kesal pada
Ayahku.
Setelah
disiksa aku berangkat sekolah dengan rasa sakit sekujur tubuh. Alny teman sekelasku
tidak sengaja menyentuh pundakku dan aku berkata “Aw” Setelah dinterogasi Alny
karena wajahku yang juga murung maka aku bercerita dan Alny membawaku kekamar
mandi sekolah dan dia memintaku untuk membuka bajuku. Alny menangis melihat
kulit di punggungku yang menjadi ungu akibat bekas pukulan dan itu adalah siksa
pertama yang kuterima semenjak SMP dan juga menjadi yang terakhir tapi tetap
saja setelah itu aku masih menerima siksa hati dengan segala ucapan Mamah.
Apakah
saat itu aku santai? Jelas tidak, aku benci sekali pada Ibuku saat itu sampai
suatu hari setelah aku lulus SMA pada tahun 2004 aku akhirnya berontak dan
melakukan perlawanan. Dia memarahiku dan aku balik memarahinya bahkan aku
bersiap untuk pergi dari rumah tapi Papah menahanku dan berkata “Baik buruk dia
adalah Ibumu dan tidak pantas kau memarahinya dengan alasan apapun.” Kulihat
saat itu Ibuku terdiam bahkan meneteskan air mata setelah kumarahi dan entah
kenapa hatiku tidak merasa senang tapi justru merasakan perih. Perih sekali
saat melihat airmata dan wajah murungnya, rasanya jauh lebih perih daripada
saat ia menyiksa hati dan fisikku.
Sejak
kejadian itu Mamah memang tidak pernah lagi marah-marah padaku tapi aku mulai
perang dingin dengannya. Kami jarang berkomunikasi dan sulit bagiku untuk akrab
dengannya karena aku membencinya semenjak aku kecil. Sejak kanak-kanak aku
selalu berpikir bahwa aku ini adalah anak tirinya dan aku selalu berhayal bahwa
aku memang bukan anaknya dan aku akan bertemu Ibu kandungku suatu saat nanti
seperti cerita dalam sinetron. Aku membayangkan tentang seorang Ibu yang lemah
lembut dan menyayangiku. Di dalam hati aku selalu meminta pada Tuhan agar aku
diberikan Ibu yang yang baik dan menginginkanku karena aku selalu merasa Mamah
tidak pernah menginginkan kehadiranku seolah aku adalah kesialan baginya
padahal Demi Tuhan aku tidak pernah meminta dilahirkan olehnya dan bukankah
setiap anak memang tidak pernah memilih perempuan mana yang akan dia jadikan
Ibu.
Oh
itu adalah bayangan yang buruk dan tidak layak untuk ditiru, inipun kutuliskan
dengan sedikit air mata. Aku selalu membenci Ibuku hingga pada suatu hari pada
tahun 2006 aku diajak Awan rekanku di radio Garuda untuk minum kopi bersama
Pumi, Mira dan A Iman. Ditempat minum kopi yang aku lupa nama tempatnya apa.
Letaknya dekat dengan Taman Pramuka sebelum tempat jualan Pisang goreng cendana
dan disana kami bertemu dengan Mbak Sasa dan Dinda rekan dari radio lain. Kami
duduk bersama dan dihari itu yang juga merupakan pertemuan pertama kaliku
dengan Dinda, tiba-tiba Dinda berkata “Loe jangan suka ngilang-ngilang dan
nggak pulang kerumah, nyokap loe khawatir!”
“Gak
mungkin, secara nyokap gw nggak suka sama gw dan rumah gw bakal jadi lebih adem
kalo gw nggak ada dan makanan dirumah kan jadi utuh! Lumayan irit beras kalo gw
nggak ada!” Jawabku dengan santai sambil tertawa.
“Ih
loe mah nggak tahu aja kalo tiap malem tuh Nyokap loe nggak pernah tidur tenang
sebelum loe pulang dan selalu nungguin loe.” Ucap Dinda.
“Jleb!”
Hatiku terasa ditusuk oleh ucapan Dinda, sakit sekali. Entah kenapa Dinda
berkata demikian padahal aku tidak bercerita apapun saat itu karena topik
obrolan kami hanya seputar dunia radio, kupikir mungkin Dinda memiliki
kelebihan semacam indera ke enam barangkali, entahlah itu pertemuan pertama dan
sampai dengan saat ini kami tidak pernah bertemu kembali jadi aku tidak pernah
sempat menanyakannya. Apa yang dikatakan Dinda tentangku memang benar karena
setelah lulus SMA dan bekerja sebagai penyiar aku memang menghindari rumah
karena tidak betah dengan cara mulai sering pulang larut malam pada pukul 2
dini hari lalu tiba dirumah aku langsung tidur dan bangun untuk kembali
beraktifitas lagi. Hal itu kulakukan untuk menghindari Ibuku dan terkadang aku
memilih untuk tidak pulang sama sekali lalu tidur disofa ruang siaran, numpang
dirumah Pumi atau numpang dikostan teman yang lain. Bagiku tidak masalah jadi
gembel diluar rumah yang penting aku mengabari Papah dan tidak merusak
kepercayaannya yang memberiku kebebasan.
Tapi
ucapan Dinda merubah segalanya, pulang dari tempat minum kopi aku melamun dan
bertanya didalam hati apakah benar Ibuku khawatir dan memikirkanku seperti yang
Dinda katakan. Untunglah semenjak kecil Papah selalu mengajarkanku untuk selalu
memahami kondisi orang lain dan mengajarkanku untuk melihat suatu masalah dari
berbagai sudut pandang. Maka setelah apa yang Dinda katakan, akupun merenung
dan mencoba memahami kondisi Mamah dengan menempatkan diriku pada posisinya.
Setelah itu aku mulai paham bahwa hidup Mamah juga tidaklah mudah, dia menjadi
piatu pada usia 9 tahun dan hidup bersama Ibu tiri. Setelah menikah dia
memiliki banyak anak yang cukup merepotkannya dan aku sadar bahwa dia tidak
pernah belajar bagaimana cara untuk menjadi orang tua yang baik.
Maka
sejak saat itu aku mulai memaafkannya dan meminta maaf kepadanya karena aku
sering membuatnya emosi. Terima kasih Dinda karena setelah itu sikap Mamah juga
terasa menjadi lebih lunak, dia berubah menjadi lebih lembut kepadaku dan
adik-adik walau kadang cerewet tapi cerewetnya adalah cerewet standar ibu-ibu
kebanyakan. Semakin hari kebencianku semakin luntur dan aku semakin sadar bahwa
seburuk apapun yang orangtua lakukan kepada anaknya tidak bisa menjadi sebuah
pembenaran untuk menghakiminya karena jasa Ibu mengandung, melahirkan dan
membesarkan anak bersama Ayah yang mencari nafkah tidaklah akan bisa terbalas
oleh apapun sekalipun aku mencuci dan mencium kaki Ayah Ibuku seperti yang
pernah kulakukan sepulang dari wisuda, Desember 2008. Itupun rasanya tidak
cukup dan aku tahu cara balas dendam terbaik bagiku adalah dengan belajar
menjadi orangtua terbaik untuk anak-anakku kelak.
Ngomong-ngomong
hubunganku dan Mamah semakin akrab dam aku muli terbiasa curhat padanya saat
Papah sakit dan menjadi semakin akrab semenjak aku sakit dan hanya dia
perempuan yang aku inginkan untuk menjadi Ibuku dan aku tidak mau yang lain.
Aku anak kandungnya dan terima kasih Pah sudah memilih Mamah untuk menjadi
Ibuku. Mamah sekarang menjadi sosok seorang Ibu yang pernah kuminta pada Tuhan
puluhan tahun yang lalu. Terima kasih ya Rabb, jagalah hati dan kesehatan
perempuan berhati mulia itu yang kupanggil Mamah. Oh iya hari itu aku bercerita
pada Teh Kodar langsung dihadapan Mamah tentang bagaimana dulu Mamah menyiksaku
dan bahkan aku berkata “Nih coba Teh Kodar ditanya langsung saja sama orang tua
yang dulunya suka nyiksa, kenapa dulu dia suka menyiksa anak-anak?”
Sambil
tersenyum malu-malu Mamah menjawab “Itu Cuma pelampiasan Teh bukan karena orang
tua membenci anaknya. Nggak ada orangtua yang benci anaknya. Mungkin Ayah Teh
Kodar sekarang sedang banyak pikiran.” Ucap Mamah.
“Tapi
kenapa hanya sama saya? Kenapa kepada anak-anaknya yang lain nggak begitu
padahal aku ini kan anak perempuan satu-satunya.” Ucap Teh Kodar.
“Teh
kodar, Ayahmu tahu kamu itu anak yang kuat dan sabar. Kalau dia memarahi anak
laki-lakinya, yang ada dia malah akan dimarahi balik.” Jawab Mamah
“Kadang
kita lebih mudah marah kepada orang yang menyayangi kita karena kita tahu dia
akan selalu memberikan maafnya. Ingat orang yang kita sayangi biasanya
justru sering menyakiti kita.” Ucapku dan Teh Kodar kembali terisak lalu aku
menyuruh Diki anak bungsu Teh Kodar yang berusia 2tahun dan luar biasa cerdas
yang sedang ada dalam pangkuannya untuk memeluknya lalu Teh Kodar pun tersenyum
menerima pelukan mesra putra bungsunya.
Selain
aku dan Teh Kodar ada juga Indah (bukan nama sebenarnya) rekanku yang kini
tinggal diBengkulu yang juga pernah menjadi korban siksa hati dan fisik orang
tuanya. Sejak remaja Indah bahkan sudah dieksploitasi untuk mendapatkan uang
dengan menjadi seorang penari di panggung hotel ataupun klub malam. Terkadang
Indah juga harus menemani tuan-tuan kaya raya untuk minum-minum agar
mendapatkan uang tambahan dan Ibunya ikut mendampingi bahkan menyarankan Indah
untuk mendekati dan menikahi salah satunya walaupun laki-laki hidung belang itu
sudah beristri. Ajaibnya Ibunda Indah adalah orang yang begitu taat akan
perintah agama sehingga menurutku dan Indah, mungkin Ibunya adalah contoh
manusia yang disebut ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
Kini
Indah memilih hidup berjauhan dari orangtuanya, karena kehadiran ayah ibunya
terkadang justru menimbulkan percekcokan antara dia dan suaminya yaitu seorang
laki-laki yang biasa kupanggil Bang Heru (bukan nama sebenarnya) dan berprofesi
sebagai pengusaha diBengkulu yang dikenal Indah melalui Facebook lalu mereka
bertemu dan ternyata Bang Heru mencintai Indah dengan tulus. Indah kini
menjelma menjadi seorang Ibu terbaik untuk anak-anaknya dan menjadi istri
terhebat untuk suaminya. Aku pernah bertanya kapan Indah akan saling memaafkan
dengan orangtuanya dan dia hanya menjawab suatu saat nanti. Aku tidak memaksa
karena aku tahu luka hatinya mungkin lebih besar daripada lukaku dan yang
penting dia tidak pernah putus komunikasi dengan kedua orangtuanya. Kini Indah
sahabatku hidup nyaman dan bahagia bersama keluarga kecilnya di Bengkulu.
Sesekali
Indah menelponku untuk bercerita tentang bagaimana dia menjalankan hidup dan
mendidik anak sesuai perintah agama. Dia hanya memukul anaknya yang berusia
10tahun jika anaknya tidak shalat dan memukul tidak pada bagian muka. Itupun
dilakukan jika anaknya sudah dinasehati dengan lembut oleh Indah dan Bang Heru.
Oh Indah hidupmu seperti cerita dalam sinetron ataukah memang sinetron
mengambil cerita dari kehidupan seperti hidupmu. Entahlah mana yang meniru,
tapi aku selalu ikut bahagia dengan hidupmu kini.
Aku,
adik-adikku, Teh Kodar dan Indah adalah sebagian dari sekian banyak anak
lainnya dinegeri ini yang menjadi korban kekerasan baik siksa fisik ataupun
siksa hati dari para orang tua dimasa kanak-kanak. Selain aku masih banyak
rekan-rekan ku yang lain yang juga mengalami nasib yang sama, entah itu karena
perbedaan keinginan jurusan kuliah, pekerjaan, pilihan pasangan hidup atau hal
lainnya yang menjadi penyebab konflik antara orang tua dan anak.
Hasilnya
banyak anak menjadi jauh dengan orang tuanya dan mencari hiburan dengan
narkoba. Mungkin terdengar klise tapi itu benar-benar terjadi walaupun beberapa
pengguna obat-obatan melakukannya karena pergaulan sementara orangtuanya
baik-baik saja. Dan aku bersyukur tidak diberikan rasa suka pada narkoba
walaupun itu ada dan banyak disekitarku. Paling banter aku hanya pernah akrab
dengan minuman keras pada tahun 2005 hingga 2006 tapi itupun ternyata bukan
solusi dan hanya akan merusak diriku sendiri. Semoga ini bukan pembenaranku
tapi seseorang terkadang memang harus melakukan kesalahan dulu untuk tahu
hal yang benar. Dan akhirnya aku menyesal dan tahu bahwa minuman keras itu
adalah hal yang salah dan buruk apapun alasannya, semoga kalian tidak termasuk
orang sepertiku, aamiin.
Kembali
pada bahasan orangtua dan anak, apapun alasannya orang tua tetap harus menjadi
pelindung bagi anak-anaknya, menjadi tempat perlindungan ketika dunia tidak
lagi memberikan rasa aman, menjadi tempat bersimpuh dan bercerita tentang
segala hal karena orangtua bagiku adalah perwakilan Tuhan. Alhamdulillah Ibuku
sudah menjadi jawaban doa-doaku dimasa lalu dan untunglah sekarang juga sudah
banyak buku dan juga sudah banyak tempat yang memberikan pelatihan tentang
bagaimana cara menjadi orangtua yang baik karena dulu mungkin terlalu banyak orang
tua yang menuntut anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik tapi mereka lupa
belajar bagaimana cara menjadi orangtua yang baik.
Untuk
yang saat ini sedang menjadi orang tua atau akan menjadi orang tua, semoga anda
menjaga titipan Tuhan dengan baik dan semoga anda menjadi orangtua terbaik bagi
putra putri anda dan berikanlah kenangan termanis saat dia mengingat anda
kelak. Silahkan sekarang anda cium dan peluk dulu saja putra putrinya. Ya
sekarang, silahkan cium dan peluk buah hati anda, monggo!
Untuk
anda yang sekarang masih menjadi anak, bersyukurlah jika orangtua anda adalah
orangtua terbaik yang pernah ada. Bersyukurlah jika anda tidak pernah mengalami
siksa hati dan fisik. Jika kini mereka masih ada, maka manfaatkanlah
kebersamaan kalian dan sekarang silahkan cium tangan mereka dan peluklah
mereka. Silahkan peluk orang tua kalian sekarang. Ya sekarang! Saya serius
silahkan peluk mereka tidak usah malu-malu lha wong sama orangtua sendiri kok
malu. Sebentar saya juga mau mencium tangan dan memeluk Ayah Ibuku dulu ya.
Well
aku kembali dan mataku agak sedikit merah karena saat mencium tangan dan
memeluk Ayahku tiba-tiba dia menangis dan Ibuku tertawa karena aku tiba-tiba
menghampirinya dan meminta mencium tangannya yang sedang menyetrika lalu aku
memeluknya diikuti teriakan “Awas kena setrikaan!” Haha Ibuku nggak romanttis
ya. Oh iya Romantis itu jangan hanya dengan pasangan tapi bisa juga sama
orangtua lho sekali-kali.
Anda
kok bengong? Oh anda sedang tidak bersama orangtua anda! Jika demikian
telponlah mereka dan katakan anda mencintainya.
Jika
orangtua anda sudah tidak ada, saya berdoa semoga mereka tenang dialamnya dan
silahkan anda kirimkan doa untuk mereka. Ya silahkan kirim doa, sekarang!
Untuk
rekan-rekanku yang mengalami nasib yang sama denganku dan mulai agak muak
dengan apa yang kuminta untuk memeluk dan mencium tangan orangtuamu karena
mereka begitu menyebalkan bagimu dan merasa bahwa siksa yang kau dapat bahkan
sudah merusak masa depanmu. Oh ayolah, jangan pelihara perihnya luka. Turunkan
sedikit tinggi hatimu dan mintalah maaf pada mereka tanpa harus menunggu
lebaran dan maafkanlah juga mereka dan jangan sampai kau menyesal setelah
mereka tiada. Aku melakukan ini karena aku pernah membacanya dalam buku Ipho
Santosa lho. Dan baru saja aku mengirimkan Bbm dan bertanya pada Nur adikku
apakah dia membenci Ibuku jawabnya tidak tapi dia tidak suka membahas hal ini.
Aku tahu adik-adikku menyimpan rasa sayang yang besar untuk kedua orangtua kami
dan semoga adik-adikku tersayang membaca tulisan ini lalu memaafkan segala
hal buruk dimasa lalu, tidak hanya menyimpan luka disudut tergelap dalam hati
tanpa pernah mengobatinya. Obatilah dengan maaf agar luka itu tidak muncul
kembali ke permukaan suatu hari kelak seperti yang Teh Kodar alami.
Kembali
untuk anda rekan-rekanku yang pernah mengalami nasib yang sama denganku, aku
serius tentang meminta kalian untuk menurunkan tinggi hati. Karena sakit hati
biasanya muncul akibat tinggi hati sehingga membuat anda merasa tidak dihargai.
Ayo buang perihnya luka itu sebelum tumbuh subur karena korban pertama dari
menyimpan dendam dan benci adalah orang yang menyimpan rasa itu sendiri. Aku
serius, mau bukti? Tunggu saja nanti. Oh iya masa depan itu ada ditangan anda
sendiri bersama Tuhan bukan adikmu, kakakmu, sahabatmu bahkan orangtuamu karena
orang lain hanya faktor pendukung saja.
“Tapi
orangtuaku bercerai, Ayahku selingkuh, Ibuku menikah lagi. Mereka nggak mikirin
aku Sutri.”
“Orangtuaku
itu keras kepala dan diktator Sutri.”
Issh
masih belum mau maafin juga? Apapun dan bagaimanapun mereka cobalah tempatkan
posisimu pada posisi mereka dan bayangkan betapa beratnya hidup mereka dan coba
bayangkan juga jika mereka ada dalam balutan kain kafan atau berada di dalam
peti kematian. Ayo mulai akrab dengan orangtua karens mana bisa akrab kalau
mereka sudah terbujur kaku.
Atau
coba kembalikan pada agama deh kalau begitu, silahkan mengembalikan hubungan
orang tua dan anak sesuai ajaran agama masing. Kebetulan saya beragama Islam
dan kata Pak Ustad perintah untuk anak-anak muslim berbuat baik pada
orangtuanya ada dalam beberapa ayat dalam Alquran contohnya Al Ahqaf surat
ke-46 ayat 15:
Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya,
ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah
(pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga
apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa “Ya
Tuhan-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri Nikmat Engkau yang telah Engkau
berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang
saleh yang Engkau ridai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Al
Isra surat ke-17 ayat 23 – 25: Dan Tuhan-mu telah memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhan-ku, kasihilah
mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.”
Tuhan-mu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Jika kamu orang-orang yang
baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.
dan
An-Nisa surat ke-4 ayat 36: Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu
bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat
dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnus sabil dan hamba sahayamu.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri.
Silahkan
di cek dan dibaca Alqurannya untuk yang muslim siapa tahu saya salah dan yang
lain bisa membaca kitab sucinya masing-masing. Rekan-rekan juga bisa langsung
bertanya kepada yang ahli agama dan saya memang tidak bisa memaparkan dengan
rinci karena sekarangpun saya masih dalam tahap belajar tapi kata Pak Ustad
dalam Islam bahkan dikatakan bahwa Surga itu ada di bawah telapak kaki Ibu dan
dari ayat Alquran yang kubaca semua memerintahkan untuk menyembah Allah diikuti
perintah berbuat baik kepada kedua orang tua dan itu alasanku pribadi
menjadikan orang tuaku sebagai perwakilan Tuhan dan meyakini bahwa restu Ibuku
adalah restu Allah seperti lagu dangdut Rhoma Irama tapi aku lupa judulnya apa
pokoknya tentang Ibu hehe.
Didalam
ayat Alquran itu diperintahkan untuk berbuat baik sebagaimana kedua orang tua
mengasihi kita sejak kecil yaitu sejak dalam kandungan hingga menyapih. Hanya
berbuat baik kepada kedua orangtua saja yang diperintahkan dan tidak ada
keterangan apakah harus berbuat baiknya hanya kepada orang tua yang baik saja
dan orang tua yang kejam boleh diabaikan. No, itu tidak ada friend! Kalau
urusan dosa orangtua rasanya bukan hakmu untuk menghakimi orangtuamu, biar saja
itu menjadi urusan Allah di peradilan yang sedil-adilnya nanti dan semoga
setiap anak dan orangtua dalam keadaan sudah saling memaafkan ketika bertemu
diperadilan nanti. Jika orang tua anda mungkin menurut anda termasuk
orangtua durhaka karena kekejamannya, tetap saja anda harus berbuat baik karena
memang tidak ada keterangan untuk berbuat baik hanya kepada orang tua yang baik
saja dan boleh berbuat kejam pada orang tua yang kejam terkecuali dalam surat
Al-‘Ankabut surat ke-29 ayat 8 tercantum larangan mematuhi orang tua
yang mengajak untuk mempersekutukan Tuhan yaitu:
Dan
Kami Wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan
jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya
kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku Kabarkan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.
Sekali
lagi, jika kau anggap ORANGTUAMU DURHAKA biarkan saja urusan itu menjadi urusan
Allah di peradilan yang sedil-adilnya nanti dan semoga setiap anak dan orangtua
dalam keadaan sudah saling memaafkan diperadilan nanti. Aamiin.
“Tapi
aku ini atheis Sutri!”
Jika
demikian silahkan coba bertanya pada hatimu sendiri saja, pada bagian sudut
terdalam dihatimu. Kiranya dendam, benci, sakit hati dan lain sebagainya antara
orang tua dan anak perlahan bisa luntur dan saling memafkan untuk sama-sama
menghiasi dunia dengan senyum bahagia dan menciptakan keakraban dan menciptakan
dunia yang bahagia untuk anak-anak generasi berikutnya. Ya itu hanya sedikit
dari ceritaku, maaf jika aku menggurui dan sekali lagi untuk urusan dari sudut
pandang agama rekan-rekan bisa bertanya kepada yang lebih ahli saja ya.
AYO
saling memaafkan! Jika masih belum bisa maka silahkan datangi Psikolog untuk
membantu anda mengobati luka hati anda atau pergilah untuk melakukan visum dan
mulai kumpulkan bukti otentik lainnya lalu laporkan orang tua anda pada pihak
yang berwajib dibantu komnas-komnas dan saksikan orangtua anda menjalani
derita.
Oh
iya kurasa yang berhak melakukan itu hanya Almarhum RI yang meninggal akibat
tindakan cabul laki-laki yang tidak pantas disebut ayah atau mungkin jika
anda merasa hal itu memang perlu maka itu kembali pada kebijakan dirimu. Btw
semoga RI tenang dialamnya dan mari sejenak kita doakan RI. Akhir kata seperti
yang biasa Bunda Dorce katakan yang benar itu datangnya dari Allah Azza Wa
Jalla dan untuk kesalahan dari apa yang kusampaikan datangnya dari
diriku. Semoga bermanfaat dan silahkan berikan pelukan dan ciuman terbaik untuk
putra putri atau orang tua anda. Muachh.
duduk merangkul tumitnya karena kedinginan
dia berdiam disudut ruangan gelap
hanya bersama airmata ketakutan
***
disudut lain ada ayah dan ibunya
mereka berbincang entah tentang apa
tapi sepertinya mereka bertengkar
tidak lama mereka berdua menangis
ternyata mereka menyesal telah membuat anaknya menangis
****
ibu ibu ibu dimanakah engkau
ayah dimana kah engkau
aku hanya butuh pelukan kalian ucap sang anak saat melihat keduanya disambut ciuman ayah ibunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar