Selasa, 11 Juni 2013

Jika kau Anggap Orangtuamu Durhaka!



Satu cerita pada tanggal 3 April 2013 yang rasanya ingin kubagikan melalui Kompasiana bayi elektrikku. Siang itu Teh Kodar (bukan nama sebenarnya) tetangga didepan rumahku sedang berbincang dengan Mamah sambil terisak. Saat melihat situasi itu aku bertanya didalam hati tentang apa yang sedang mereka bicarakan. Berhubung setelah Stroke aku menjadi semakin ‘Kepo’, maka aku pun mendekati mereka dan Teh Kodar pun sepertinya tidak keberatan dengan kehadiranku dan dia tetap bercerita. Rupanya Teh Kodar sedang merasa sakit hati atas perlakuan Ayahnya yang secara tidak langsung mengusirnya dengan berkata “Coba kalau sudah menikah dan bersuami itu tinggal sendiri jangan sama orang tua.”
Ucapan Ayahnya disertai dengan bentakan juga beberapa ucapan kasar lainnya ternyata cukup membuat Teh Kodar sakit hati dan membuatnya teringat akan perlakuan Ayahnya yang sering menyiksanya sewaktu kecil yang aku sendiri pun pernah menyaksikannya. Saat itu usiaku jika tidak salah 9 tahun dan Teh Kodar berusia 14 tahun, saat itu aku menyaksikan Teh Kodar dihajar habis-habisan dan ditendang dari dalam rumah hingga teras dan tidak hanya hari itu saja Teh Kodar diperlakukan dengan keji sewaktu kecil. Sekarang saat Teh Kodar sudah berusia 32 tahun, sudah menikah dan memiliki 2 orang anak dan dia memilih tinggal bersama orang tuanya atas dasar permintaan Ibunya tapi entah kenapa Ayahnya berkata demikian. Bentakan dari ayahnya itu ternyata justru berhasil menguak luka yang sudah lama terkubur dan kini muncul kembali kepermukaan. Mungkin karena anak-anak yang mendapat kekerasan dimasa kanak-kanak selalu mudah mengingat lukanya dari masa kanak-kanak ketika orangtuanya kembali bersikap tidak menyenangkan sementara lukanya selama ini belum sembuh karena selama ini hanya coba dilupakan saja dan tidak pernah diobati. Mungkin lho ya, persisnya bisa di tanyakan saja pada ahli kejiwaan.
Dengan terisak Teh Kodar bercerita tentang perlakuan buruk yang dia terima dari Ayahnya semenjak dia kanak-kanak yang menurutnya selalu saja tanpa alasan yang jelas sedangkan adik-adiknya tidak mengalami hal yang sama seperti yang dia alami sehingga dia merasa diperlakukan dengan tidak adil. Teh Kodar juga bercerita bahwa dia pernah marah besar ketika melihat suaminya memarahi anak pertama mereka. Dia merasa takut setiap kali melihat anak kecil dimarahi pleh laki-laki dewasa karena Teh Kodar selalu melihat sosok dirinya dimasa kanak-kanak setiap kali melihat anak kecil yang sedang dimarahi dan ada ketakutan berlebih akan amarah laki-laki dewasa itu nantinya akan berakhir pada sebuah penyiksaan seperti yang pernah Ayahnya lakukan.
Dengan santai aku berkata agar Teh Kodar segera memaafkan Ayahnya dan memahami kondisi ayahnya karena menurutku hanya memaafkan dan saling memahami kondisilah salah satu jalan keluar untuk bisa terbebas dari masa lalu yang buruk dan bisa menjadi jalan untuk mengakrabkan hubungan orangtua dan anak. Aku memang 5 tahun lebih muda darinya tapi aku berani berkata demikian dengan santai karena aku juga pernah mengalaminya. Ibuku yang lembut dan sakti mandraguna dahulu adalah seorang penyiksa yang dahsyat saudara-saudara. Aku dan adik-adikku dulu hidup dalam siksanya saat masih kecil.
Ibuku bahkan menyediakan lidi yang sudah dikepang untuk dia gunakan saat menyiksa kami. 15 batang sapu lidi dia bagi menjadi tiga bagian, masing-masing bagian terdiri dari 5 batang lidi lalu ketiga bagian itu dikepang seperti mengepang rambut dan diikat dengan karet pada kedua ujungnya. Aku pernah mengajak adik-adikku berkomplot untuk menyembunyikan kepangan lidi dan hasilnya Mamah akan menggunakan batang kayu sapu rumah untuk memukul kami jika dia sedang marah dan tidak menemukan lidi kepangnya. Ternyata dipukul dengan batang kayu sapu rumah rasanya lebih sakit daripada lidi kepang sehingga kami tidak pernah mencoba untuk menyembunyikannya lagi.
Biasanya kami akan dipukuli jika kami susah atau melawan saat disuruh membantu mengerjakan pekerjaan rumah atau jika kami telat pulang ke rumah saat bermain atau jika kami hanya bermain dan menonton tayangan televisi saja sehingga kami jadi tidak ingat untuk belajar dan pergi mengaji atau jika nilai rapor kami merah. Aku juga sering merasakan sakit akibat pukulan Ibuku karena berbagai alasan lainnya dan dia selalu melarangku menangis walau aku merasa sakit. Dia akan terus memukulku jika aku menangis sehingga saat itu aku hanya bisa diam dan menikmatinya saja sambil mencaci maki didalam hati. Siksa fisik bagiku menjadi hal yang biasa, rasa sakit tidak lagi terasa aneh dan mungkin itu jugalah yang menjadi penyebab ketika aku jatuh, tabrakan atau apapun hingga aku terluka, berdarah dan merasakan nyeri karena luka biasanya aku akan jarang menangis seperti perempuan kebanyakan mungkin aku tidak menangis karena aku sudah kebal dengan sakit pada fisikku.
Saat duduk dibangku SMP aku tidak lagi mendapat pukulan siksa fisik tapi berganti dengan siksa hati karena Mamah selalu mengatai aku bodoh, tidak berguna, tidak bisa menjadi panutan untuk adik-adikku tau kata-kata yang lainnya. Sehingga aku selalu menangis sebelum berangkat sekolah dan selalu menangis setiap kali bangun tidur karena aku selalu terbangun disambut dengan amarahnya akibat ulahku sendiri yang susah bangun pagi. Tapi rupanya kata-kata justru lebih menyakitkan daripada kepang lidi ataupun batang sapu sehingga membuatku cengeng dan rajin menangis dalam sepi. Oh iya saat SMA kelas 1 Ibuku tiba-tiba menghajarku dengan batang sapu rumah karena saat itu kepangan lidi memang sudah tidak pernah lagi digunakan baik untukku ataupun adik-adik. Hari itu aku memang sedang sial saja sehingga menjadi sasaran amarah karena Mamah sedang kesal pada Ayahku.
Setelah disiksa aku berangkat sekolah dengan rasa sakit sekujur tubuh. Alny teman sekelasku tidak sengaja menyentuh pundakku dan aku berkata “Aw” Setelah dinterogasi Alny karena wajahku yang juga murung maka aku bercerita dan Alny membawaku kekamar mandi sekolah dan dia memintaku untuk membuka bajuku. Alny menangis melihat kulit di punggungku yang menjadi ungu akibat bekas pukulan dan itu adalah siksa pertama yang kuterima semenjak SMP dan juga menjadi yang terakhir tapi tetap saja setelah itu aku masih menerima siksa hati dengan segala ucapan Mamah.
Apakah saat itu aku santai? Jelas tidak, aku benci sekali pada Ibuku saat itu sampai suatu hari setelah aku lulus SMA pada tahun 2004 aku akhirnya berontak dan melakukan perlawanan. Dia memarahiku dan aku balik memarahinya bahkan aku bersiap untuk pergi dari rumah tapi Papah menahanku dan berkata “Baik buruk dia adalah Ibumu dan tidak pantas kau memarahinya dengan alasan apapun.” Kulihat saat itu Ibuku terdiam bahkan meneteskan air mata setelah kumarahi dan entah kenapa hatiku tidak merasa senang tapi justru merasakan perih. Perih sekali saat melihat airmata dan wajah murungnya, rasanya jauh lebih perih daripada saat ia menyiksa hati dan fisikku.
Sejak kejadian itu Mamah memang tidak pernah lagi marah-marah padaku tapi aku mulai perang dingin dengannya. Kami jarang berkomunikasi dan sulit bagiku untuk akrab dengannya karena aku membencinya semenjak aku kecil. Sejak kanak-kanak aku selalu berpikir bahwa aku ini adalah anak tirinya dan aku selalu berhayal bahwa aku memang bukan anaknya dan aku akan bertemu Ibu kandungku suatu saat nanti seperti cerita dalam sinetron. Aku membayangkan tentang seorang Ibu yang lemah lembut dan menyayangiku. Di dalam hati aku selalu meminta pada Tuhan agar aku diberikan Ibu yang yang baik dan menginginkanku karena aku selalu merasa Mamah tidak pernah menginginkan kehadiranku seolah aku adalah kesialan baginya padahal Demi Tuhan aku tidak pernah meminta dilahirkan olehnya dan bukankah setiap anak memang tidak pernah memilih perempuan mana yang akan dia jadikan Ibu.
Oh itu adalah bayangan yang buruk dan tidak layak untuk ditiru, inipun kutuliskan dengan sedikit air mata. Aku selalu membenci Ibuku hingga pada suatu hari pada tahun 2006 aku diajak Awan rekanku di radio Garuda untuk minum kopi bersama Pumi, Mira dan A Iman. Ditempat minum kopi yang aku lupa nama tempatnya apa. Letaknya dekat dengan Taman Pramuka sebelum tempat jualan Pisang goreng cendana dan disana kami bertemu dengan Mbak Sasa dan Dinda rekan dari radio lain. Kami duduk bersama dan dihari itu yang juga merupakan pertemuan pertama kaliku dengan Dinda, tiba-tiba Dinda berkata “Loe jangan suka ngilang-ngilang dan nggak pulang kerumah, nyokap loe khawatir!”
“Gak mungkin, secara nyokap gw nggak suka sama gw dan rumah gw bakal jadi lebih adem kalo gw nggak ada dan makanan dirumah kan jadi utuh! Lumayan irit beras kalo gw nggak ada!” Jawabku dengan santai sambil tertawa.
“Ih loe mah nggak tahu aja kalo tiap malem tuh Nyokap loe nggak pernah tidur tenang sebelum loe pulang dan selalu nungguin loe.” Ucap Dinda.

“Jleb!” Hatiku terasa ditusuk oleh ucapan Dinda, sakit sekali. Entah kenapa Dinda berkata demikian padahal aku tidak bercerita apapun saat itu karena topik obrolan kami hanya seputar dunia radio, kupikir mungkin Dinda memiliki kelebihan semacam indera ke enam barangkali, entahlah itu pertemuan pertama dan sampai dengan saat ini kami tidak pernah bertemu kembali jadi aku tidak pernah sempat menanyakannya. Apa yang dikatakan Dinda tentangku memang benar karena setelah lulus SMA dan bekerja sebagai penyiar aku memang menghindari rumah karena tidak betah dengan cara mulai sering pulang larut malam pada pukul 2 dini hari lalu tiba dirumah aku langsung tidur dan bangun untuk kembali beraktifitas lagi. Hal itu kulakukan untuk menghindari Ibuku dan terkadang aku memilih untuk tidak pulang sama sekali lalu tidur disofa ruang siaran, numpang dirumah Pumi atau numpang dikostan teman yang lain. Bagiku tidak masalah jadi gembel diluar rumah yang penting aku mengabari Papah dan tidak merusak kepercayaannya yang memberiku kebebasan.
Tapi ucapan Dinda merubah segalanya, pulang dari tempat minum kopi aku melamun dan bertanya didalam hati apakah benar Ibuku khawatir dan memikirkanku seperti yang Dinda katakan. Untunglah semenjak kecil Papah selalu mengajarkanku untuk selalu memahami kondisi orang lain dan mengajarkanku untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang. Maka setelah apa yang Dinda katakan, akupun merenung dan mencoba memahami kondisi Mamah dengan menempatkan diriku pada posisinya. Setelah itu aku mulai paham bahwa hidup Mamah juga tidaklah mudah, dia menjadi piatu pada usia 9 tahun dan hidup bersama Ibu tiri. Setelah menikah dia memiliki banyak anak yang cukup merepotkannya dan aku sadar bahwa dia tidak pernah belajar bagaimana cara untuk menjadi orang tua yang baik.
Maka sejak saat itu aku mulai memaafkannya dan meminta maaf kepadanya karena aku sering membuatnya emosi. Terima kasih Dinda karena setelah itu sikap Mamah juga terasa menjadi lebih lunak, dia berubah menjadi lebih lembut kepadaku dan adik-adik walau kadang cerewet tapi cerewetnya adalah cerewet standar ibu-ibu kebanyakan. Semakin hari kebencianku semakin luntur dan aku semakin sadar bahwa seburuk apapun yang orangtua lakukan kepada anaknya tidak bisa menjadi sebuah pembenaran untuk menghakiminya karena jasa Ibu mengandung, melahirkan dan membesarkan anak bersama Ayah yang mencari nafkah tidaklah akan bisa terbalas oleh apapun sekalipun aku mencuci dan mencium kaki Ayah Ibuku seperti yang pernah kulakukan sepulang dari wisuda, Desember 2008. Itupun rasanya tidak cukup dan aku tahu cara balas dendam terbaik bagiku adalah dengan belajar menjadi orangtua terbaik untuk anak-anakku kelak.
Ngomong-ngomong hubunganku dan Mamah semakin akrab dam aku muli terbiasa curhat padanya saat Papah sakit dan menjadi semakin akrab semenjak aku sakit dan hanya dia perempuan yang aku inginkan untuk menjadi Ibuku dan aku tidak mau yang lain. Aku anak kandungnya dan terima kasih Pah sudah memilih Mamah untuk menjadi Ibuku. Mamah sekarang menjadi sosok seorang Ibu yang pernah kuminta pada Tuhan puluhan tahun yang lalu. Terima kasih ya Rabb, jagalah hati dan kesehatan perempuan berhati mulia itu yang kupanggil Mamah. Oh iya hari itu aku bercerita pada Teh Kodar langsung dihadapan Mamah tentang bagaimana dulu Mamah menyiksaku dan bahkan aku berkata “Nih coba Teh Kodar ditanya langsung saja sama orang tua yang dulunya suka nyiksa, kenapa dulu dia suka menyiksa anak-anak?”
Sambil tersenyum malu-malu Mamah menjawab “Itu Cuma pelampiasan Teh bukan karena orang tua membenci anaknya. Nggak ada orangtua yang benci anaknya. Mungkin Ayah Teh Kodar sekarang sedang banyak pikiran.” Ucap Mamah.
“Tapi kenapa hanya sama saya? Kenapa kepada anak-anaknya yang lain nggak begitu padahal aku ini kan anak perempuan satu-satunya.” Ucap Teh Kodar.
“Teh kodar, Ayahmu tahu kamu itu anak yang kuat dan sabar. Kalau dia memarahi anak laki-lakinya, yang ada dia malah akan dimarahi balik.” Jawab Mamah
Kadang kita lebih mudah marah kepada orang yang menyayangi kita karena kita tahu dia akan selalu memberikan maafnya. Ingat orang yang kita sayangi biasanya justru sering menyakiti kita.” Ucapku dan Teh Kodar kembali terisak lalu aku menyuruh Diki anak bungsu Teh Kodar yang berusia 2tahun dan luar biasa cerdas yang sedang ada dalam pangkuannya untuk memeluknya lalu Teh Kodar pun tersenyum menerima pelukan mesra putra bungsunya.
Selain aku dan Teh Kodar ada juga Indah (bukan nama sebenarnya) rekanku yang kini tinggal diBengkulu yang juga pernah menjadi korban siksa hati dan fisik orang tuanya. Sejak remaja Indah bahkan sudah dieksploitasi untuk mendapatkan uang dengan menjadi seorang penari di panggung hotel ataupun klub malam. Terkadang Indah juga harus menemani tuan-tuan kaya raya untuk minum-minum agar mendapatkan uang tambahan dan Ibunya ikut mendampingi bahkan menyarankan Indah untuk mendekati dan menikahi salah satunya walaupun laki-laki hidung belang itu sudah beristri. Ajaibnya Ibunda Indah adalah orang yang begitu taat akan perintah agama sehingga menurutku dan Indah, mungkin Ibunya adalah contoh manusia yang disebut ahli ibadah tapi mewarisi kesombongan iblis.
Kini Indah memilih hidup berjauhan dari orangtuanya, karena kehadiran ayah ibunya terkadang justru menimbulkan percekcokan antara dia dan suaminya yaitu seorang laki-laki yang biasa kupanggil Bang Heru (bukan nama sebenarnya) dan berprofesi sebagai pengusaha diBengkulu yang dikenal Indah melalui Facebook lalu mereka bertemu dan ternyata Bang Heru mencintai Indah dengan tulus. Indah kini menjelma menjadi seorang Ibu terbaik untuk anak-anaknya dan menjadi istri terhebat untuk suaminya. Aku pernah bertanya kapan Indah akan saling memaafkan dengan orangtuanya dan dia hanya menjawab suatu saat nanti. Aku tidak memaksa karena aku tahu luka hatinya mungkin lebih besar daripada lukaku dan yang penting dia tidak pernah putus komunikasi dengan kedua orangtuanya. Kini Indah sahabatku hidup nyaman dan bahagia bersama keluarga kecilnya di Bengkulu.
Sesekali Indah menelponku untuk bercerita tentang bagaimana dia menjalankan hidup dan mendidik anak sesuai perintah agama. Dia hanya memukul anaknya yang berusia 10tahun jika anaknya tidak shalat dan memukul tidak pada bagian muka. Itupun dilakukan jika anaknya sudah dinasehati dengan lembut oleh Indah dan Bang Heru. Oh Indah hidupmu seperti cerita dalam sinetron ataukah memang sinetron mengambil cerita dari kehidupan seperti hidupmu. Entahlah mana yang meniru, tapi aku selalu ikut bahagia dengan hidupmu kini.
Aku, adik-adikku, Teh Kodar dan Indah adalah sebagian dari sekian banyak anak lainnya dinegeri ini yang menjadi korban kekerasan baik siksa fisik ataupun siksa hati dari para orang tua dimasa kanak-kanak. Selain aku masih banyak rekan-rekan ku yang lain yang juga mengalami nasib yang sama, entah itu karena perbedaan keinginan jurusan kuliah, pekerjaan, pilihan pasangan hidup atau hal lainnya yang menjadi penyebab konflik antara orang tua dan anak.
Hasilnya banyak anak menjadi jauh dengan orang tuanya dan mencari hiburan dengan narkoba. Mungkin terdengar klise tapi itu benar-benar terjadi walaupun beberapa pengguna obat-obatan melakukannya karena pergaulan sementara orangtuanya baik-baik saja. Dan aku bersyukur tidak diberikan rasa suka pada narkoba walaupun itu ada dan banyak disekitarku. Paling banter aku hanya pernah akrab dengan minuman keras pada tahun 2005 hingga 2006 tapi itupun ternyata bukan solusi dan hanya akan merusak diriku sendiri. Semoga ini bukan pembenaranku tapi seseorang terkadang memang harus melakukan kesalahan dulu untuk tahu hal yang benar. Dan akhirnya aku menyesal dan tahu bahwa minuman keras itu adalah hal yang salah dan buruk apapun alasannya, semoga kalian tidak termasuk orang sepertiku, aamiin.
Kembali pada bahasan orangtua dan anak, apapun alasannya orang tua tetap harus menjadi pelindung bagi anak-anaknya, menjadi tempat perlindungan ketika dunia tidak lagi memberikan rasa aman, menjadi tempat bersimpuh dan bercerita tentang segala hal karena orangtua bagiku adalah perwakilan Tuhan. Alhamdulillah Ibuku sudah menjadi jawaban doa-doaku dimasa lalu dan untunglah sekarang juga sudah banyak buku dan juga sudah banyak tempat yang memberikan pelatihan tentang bagaimana cara menjadi orangtua yang baik karena dulu mungkin terlalu banyak orang tua yang menuntut anak-anaknya untuk menjadi anak yang baik tapi mereka lupa belajar bagaimana cara menjadi orangtua yang baik.
Untuk yang saat ini sedang menjadi orang tua atau akan menjadi orang tua, semoga anda menjaga titipan Tuhan dengan baik dan semoga anda menjadi orangtua terbaik bagi putra putri anda dan berikanlah kenangan termanis saat dia mengingat anda kelak. Silahkan sekarang anda cium dan peluk dulu saja putra putrinya. Ya sekarang, silahkan cium dan peluk buah hati anda, monggo!
Untuk anda yang sekarang masih menjadi anak, bersyukurlah jika orangtua anda adalah orangtua terbaik yang pernah ada. Bersyukurlah jika anda tidak pernah mengalami siksa hati dan fisik. Jika kini mereka masih ada, maka manfaatkanlah kebersamaan kalian dan sekarang silahkan cium tangan mereka dan peluklah mereka. Silahkan peluk orang tua kalian sekarang. Ya sekarang! Saya serius silahkan peluk mereka tidak usah malu-malu lha wong sama orangtua sendiri kok malu. Sebentar saya juga mau mencium tangan dan memeluk Ayah Ibuku dulu ya.
Well aku kembali dan mataku agak sedikit merah karena saat mencium tangan dan memeluk Ayahku tiba-tiba dia menangis dan Ibuku tertawa karena aku tiba-tiba menghampirinya dan meminta mencium tangannya yang sedang menyetrika lalu aku memeluknya diikuti teriakan “Awas kena setrikaan!” Haha Ibuku nggak romanttis ya. Oh iya Romantis itu jangan hanya dengan pasangan tapi bisa juga sama orangtua lho sekali-kali.
Anda kok bengong? Oh anda sedang tidak bersama orangtua anda! Jika demikian telponlah mereka dan katakan anda mencintainya.
Jika orangtua anda sudah tidak ada, saya berdoa semoga mereka tenang dialamnya dan silahkan anda kirimkan doa untuk mereka. Ya silahkan kirim doa, sekarang!
Untuk rekan-rekanku yang mengalami nasib yang sama denganku dan mulai agak muak dengan apa yang kuminta untuk memeluk dan mencium tangan orangtuamu karena mereka begitu menyebalkan bagimu dan merasa bahwa siksa yang kau dapat bahkan sudah merusak masa depanmu. Oh ayolah, jangan pelihara perihnya luka. Turunkan sedikit tinggi hatimu dan mintalah maaf pada mereka tanpa harus menunggu lebaran dan maafkanlah juga mereka dan jangan sampai kau menyesal setelah mereka tiada. Aku melakukan ini karena aku pernah membacanya dalam buku Ipho Santosa lho. Dan baru saja aku mengirimkan Bbm dan bertanya pada Nur adikku apakah dia membenci Ibuku jawabnya tidak tapi dia tidak suka membahas hal ini. Aku tahu adik-adikku menyimpan rasa sayang yang besar untuk kedua orangtua kami dan semoga adik-adikku tersayang membaca tulisan ini lalu memaafkan segala hal buruk dimasa lalu, tidak hanya menyimpan luka disudut tergelap dalam hati tanpa pernah mengobatinya. Obatilah dengan maaf agar luka itu tidak muncul kembali ke permukaan suatu hari kelak seperti yang Teh Kodar alami.
Kembali untuk anda rekan-rekanku yang pernah mengalami nasib yang sama denganku, aku serius tentang meminta kalian untuk menurunkan tinggi hati. Karena sakit hati biasanya muncul akibat tinggi hati sehingga membuat anda merasa tidak dihargai. Ayo buang perihnya luka itu sebelum tumbuh subur karena korban pertama dari menyimpan dendam dan benci adalah orang yang menyimpan rasa itu sendiri. Aku serius, mau bukti? Tunggu saja nanti. Oh iya masa depan itu ada ditangan anda sendiri bersama Tuhan bukan adikmu, kakakmu, sahabatmu bahkan orangtuamu karena orang lain hanya faktor pendukung saja.
“Tapi orangtuaku bercerai, Ayahku selingkuh, Ibuku menikah lagi. Mereka nggak mikirin aku Sutri.”
“Orangtuaku itu keras kepala dan diktator Sutri.” 
Issh masih belum mau maafin juga? Apapun dan bagaimanapun mereka cobalah tempatkan posisimu pada posisi mereka dan bayangkan betapa beratnya hidup mereka dan coba bayangkan juga jika mereka ada dalam balutan kain kafan atau berada di dalam peti kematian. Ayo mulai akrab dengan orangtua karens mana bisa akrab kalau mereka sudah terbujur kaku.
Atau coba kembalikan pada agama deh kalau begitu, silahkan mengembalikan hubungan orang tua dan anak sesuai ajaran agama masing. Kebetulan saya beragama Islam dan kata Pak Ustad perintah untuk anak-anak muslim berbuat baik pada orangtuanya ada dalam beberapa ayat dalam Alquran contohnya Al Ahqaf surat ke-46 ayat 15:
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa “Ya Tuhan-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri Nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridai. Berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.”
Al Isra surat ke-17 ayat 23 – 25: Dan Tuhan-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepadanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Tuhan-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Tuhan-mu lebih mengetahui apa yang ada dalam hatimu. Jika kamu orang-orang yang baik, maka sesungguhnya Dia Maha Pengampun bagi orang-orang yang bertobat.

dan An-Nisa surat ke-4 ayat 36: Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah terhadap kedua ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnus sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
Silahkan di cek dan dibaca Alqurannya untuk yang muslim siapa tahu saya salah dan yang lain bisa membaca kitab sucinya masing-masing. Rekan-rekan juga bisa langsung bertanya kepada yang ahli agama dan saya memang tidak bisa memaparkan dengan rinci karena sekarangpun saya masih dalam tahap belajar tapi kata Pak Ustad dalam Islam bahkan dikatakan bahwa Surga itu ada di bawah telapak kaki Ibu dan dari ayat Alquran yang kubaca semua memerintahkan untuk menyembah Allah diikuti perintah berbuat baik kepada kedua orang tua dan itu alasanku pribadi menjadikan orang tuaku sebagai perwakilan Tuhan dan meyakini bahwa restu Ibuku adalah restu Allah seperti lagu dangdut Rhoma Irama tapi aku lupa judulnya apa pokoknya tentang Ibu hehe.
Didalam ayat Alquran itu diperintahkan untuk berbuat baik sebagaimana kedua orang tua mengasihi kita sejak kecil yaitu sejak dalam kandungan hingga menyapih. Hanya berbuat baik kepada kedua orangtua saja yang diperintahkan dan tidak ada keterangan apakah harus berbuat baiknya hanya kepada orang tua yang baik saja dan orang tua yang kejam boleh diabaikan. No, itu tidak ada friend! Kalau urusan dosa orangtua rasanya bukan hakmu untuk menghakimi orangtuamu, biar saja itu menjadi urusan Allah di peradilan yang sedil-adilnya nanti dan semoga setiap anak dan orangtua dalam keadaan sudah saling memaafkan ketika bertemu diperadilan nanti. Jika orang tua anda mungkin menurut anda termasuk orangtua durhaka karena kekejamannya, tetap saja anda harus berbuat baik karena memang tidak ada keterangan untuk berbuat baik hanya kepada orang tua yang baik saja dan boleh berbuat kejam pada orang tua yang kejam terkecuali dalam surat Al-‘Ankabut surat ke-29 ayat 8 tercantum larangan mematuhi orang tua yang mengajak untuk mempersekutukan Tuhan yaitu:
Dan Kami Wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku Kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
Sekali lagi, jika kau anggap ORANGTUAMU DURHAKA biarkan saja urusan itu menjadi urusan Allah di peradilan yang sedil-adilnya nanti dan semoga setiap anak dan orangtua dalam keadaan sudah saling memaafkan diperadilan nanti. Aamiin.
“Tapi aku ini atheis Sutri!”
Jika demikian silahkan coba bertanya pada hatimu sendiri saja, pada bagian sudut terdalam dihatimu. Kiranya dendam, benci, sakit hati dan lain sebagainya antara orang tua dan anak perlahan bisa luntur dan saling memafkan untuk sama-sama menghiasi dunia dengan senyum bahagia dan menciptakan keakraban dan menciptakan dunia yang bahagia untuk anak-anak generasi berikutnya. Ya itu hanya sedikit dari ceritaku, maaf jika aku menggurui dan sekali lagi untuk urusan dari sudut pandang agama rekan-rekan bisa bertanya kepada yang lebih ahli saja ya.
AYO saling memaafkan! Jika masih belum bisa maka silahkan datangi Psikolog untuk membantu anda mengobati luka hati anda atau pergilah untuk melakukan visum dan mulai kumpulkan bukti otentik lainnya lalu laporkan orang tua anda pada pihak yang berwajib dibantu komnas-komnas dan saksikan orangtua anda menjalani derita.
Oh iya kurasa yang berhak melakukan itu hanya Almarhum RI yang meninggal akibat tindakan cabul laki-laki yang tidak pantas disebut ayah atau mungkin jika  anda merasa hal itu memang perlu maka itu kembali pada kebijakan dirimu. Btw semoga RI tenang dialamnya dan mari sejenak kita doakan RI. Akhir kata seperti yang biasa Bunda Dorce katakan yang benar itu datangnya dari Allah Azza Wa Jalla dan untuk kesalahan dari apa yang kusampaikan datangnya dari diriku. Semoga bermanfaat dan silahkan berikan pelukan dan ciuman terbaik untuk putra putri atau orang tua anda. Muachh. 


seorang anak tanpa pakaian
duduk merangkul tumitnya karena kedinginan
dia berdiam disudut ruangan gelap
hanya bersama airmata ketakutan
***
disudut lain ada ayah dan ibunya
mereka berbincang entah tentang apa
tapi sepertinya mereka bertengkar
tidak lama mereka berdua menangis
ternyata mereka menyesal telah membuat anaknya menangis
****
ibu ibu ibu dimanakah engkau
ayah dimana kah engkau
aku hanya butuh pelukan kalian ucap sang anak saat melihat keduanya disambut ciuman ayah ibunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar