http://health.liputan6.com/read/603489/kisah-bu-guru-een-sukaesih-yang-26-tahun-terjebak-dalam-lumpuh |
Pada hari minggu sore, tanggal 9
Juni (jika tak salah) aku menonton tayangan di salah satu televisi swasta
tentang betapa hebatnya seorang perempuan dari Sumedang bernama Een Sukaesih. Kemudian
hari Rabu malam, tanggal 12 Juni, cerita tentang ibu Een di tayangkan ulang
kembali. Aku dan begitu banyak orang yang menonton sepertinya tidak akan
berhenti berair mata melihatnya.
Bu Een yang bisa dipanggil Uwa
adalah seorang perempuan hebat, betapa tidak, seseorang yang hanya bisa
terbaring akibat lumpuh selama puluhan tahun masih tetap mengabdikan dirinya
untuk orang lain dan tetap tabah menghadapi cobaan hidup yang bertubi-tubi.
Aku menangis saat menonton karena
diriku malu melihatnya karena apa yang aku alami tidak seujung kuku pun dari
apa yang Bu Een alami. Aku baru di serang stroke sejak November 2012 lalu tapi
merasa diri sedang di berikan beban memikul seisi bumi, membuatku lebay dan
sering meratap. Sedangkan Bu Een maju terus tanpa gentar dengan memberikan
pendidikan gratis untuk anak-anak di sekitarnya, salut!
Bu Een Sukaesih yang lahir
tanggal 10 Agustus 1963, mulai sakit-sakitan sejak tahun 1981 saat ia berusia
18 tahun. Selama 6 tahun Bu Een merasakan nyeri di bagian persendian sekujur
tubuh namun ia masih mampu berjalan dan ia pun berhasil menyelesaikan pendidikan
D3 Konseling nya di IKIP yang sekarang bernama UPI (Universitas Pendidikan
Indonesia).
Perjalanan penyakit Bu Een di
mulai ketika suatu pagi ia merasa nyeri luar bisa pada lengan kirinya yang
seperti ditusuk-tusuk dan tidak bisa di angkat atau di gerakkan. Sore hari beliau
ke dokter dan sembuh setelah meminum obat namun hanya bertahan 3 hari setelah
itu dia kembali merasakan nyeri , tidak hanya di lengan kiri tapi juga kanan. Hari
demi hari kondisinya bukan membaik tapi justru malah semakin parah, dari lengan
kemudian ke lutut kanan kiri lalu ke semua persendian dari ujung kepala hingga ujung
kaki. Pola makan sudah di jaga ketat tapi tidak berpengaruh apa-apa.
Dokter bilang Bu Een terkena
penyakit radang sendi, Rheumatoid Arthritis. Penyakit ini adalah penyakit
autoimun kronis, progresif dan melumpuhkan. Menurut penelitian, penyakit ini banyak
di derita oleh kaum wanita, salah satunya Ibu Een Sukaesih. Penyakit ini
akhirnya membuat kandas karier Bu Een sebagai calon pegawai negeri sipil karena
Bu Een hanya mampu berbaring sejak tahun 1987.
Sudah 26 tahun Bu Een hanya diam
berbaring dengan gerak terbatas tapi tidak ada satu penyakit pun yang membatasi
hati dan pikirannya untuk jadi bermanfaat. Keinginan untuk sembuh adalah tekad
awal sejak beliau sakit tapi kecintaan pada sang khalik mebuatnya tabah luar
biasa. Merepotkan orang lain sudah pasti dalam hal mengurusi diri sendiri namun
doa menjadi jalan keikhlasan ketika mendapat segala bentuk bantuan orang lain
yang sebenarnya merupakan tanda cinta orang terkasih untuk Bu Een (Saya tahu persis,
ini rasanya sangat tidak enak!)
Sesudah sakit Rheumatoid, Bu Een juga
pernah di vonis infeksi usus oleh dokter yang tidak biasa ia datangi, katanya sih
akibat terlalu banyak minum obat rematik, dokter itu mengatakan bahwa Bu Een hanya
bisa bertahan hidup selama satu minggu. Hal ini membuat keluarganya panik dan Bu
Een pun jadi sedih, namun Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, diagnosa itu tak
terbukti sama sekali. Lama berbaring terlentang di tempat tidur karena tidak
bisa menggeerakkan badan, ternyata memunculkan masalah baru yaitu kulit
punggung Bu Een menjadi lecet dan memar yang menimbulkan perih. Untungnya ini
hanya berlangsung selama 6 bulan karena akhirnya di letakkanlah ban dalam vespa
yang diberi sedikit angin di bawah pinggul beliau yang diberi lapisan kain agar
tidak panas dan punggung tidak terlalu menekan kasur. Hal itu mampu memecahkan
permasalahan punggung lecet tapi masalah belum lagi usai karena sejak Juli 2012
mata kirinya tiba-tiba sakit dan tak bisa lagi melihat akibat infeksi yang
muncul dari penyakit yang di deritanya, tapi lagi-lagi Bu Een tabah dan ikhlas
semata-mata untuk meraih Ridho Allah SWT.
Bu Een yang mencintai dunia
pendidikan tetap bisa menyalurkan tekad nya untuk mencerdaskan anak bangsa
dengan memberikan ilmu yang dimilikinya melalui pendidikan gratis namun dengan
upaya terbaik untuk anak-anak disekitarnya tanpa pamrih berdasarkan cinta dan
kasih sayang, Bu Een bilang “Life For Education!”.
Baktinya di dunia pendidikan itu
pun akhirnya mengantarkan Bu Een pada penghargaan dari SCTV Award untuk 3
kategori yang juga akhirnya mempertemukannya dengan para idolanya juga dengan Bapak
Presiden SBY.
Bu Een berkata bahwa hidupnya sangat
merepotkan orang lain, tapi dia berharap semoga keluarganya bersabar menghadapi
kenyataan hidup. Di lain sisi dia juga ingin terus bermanfaat dengan cara terus
mensyukuri nikmat hidup. Untuk mengantisipasi sakit yang di derita, belia
mengimbangi hidupnya dengan kegiatan positif, katanya “Syukur-syukur bisa
bermanfaat untuk semua orang, kalau tidak, minimal untuk diri sendiri dan
keluarga.”
Aku hanya bisa bilang salut
untuk sang guru sejati sekaligus malu dan karena aku masih ‘sehat’, aku masih muda, maka kini aku pun tertular
‘virus’ semangat ibu Een sehingga aku tidak mau kalah lagi oleh rintangan hidup
apapun, semoga yang lain pun demikian, salam semangat untuk kawan semua, oh iya,
ada salam 'SEMANGAT PAGI' juga dari Om Hendi untuk kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar