Senin, 17 Juni 2013

Saya malu pada Bu Een Sukaesi




http://health.liputan6.com/read/603489/kisah-bu-guru-een-sukaesih-yang-26-tahun-terjebak-dalam-lumpuh   

Pada hari minggu sore, tanggal 9 Juni (jika tak salah) aku menonton tayangan di salah satu televisi swasta tentang betapa hebatnya seorang perempuan dari Sumedang bernama Een Sukaesih. Kemudian hari Rabu malam, tanggal 12 Juni, cerita tentang ibu Een di tayangkan ulang kembali. Aku dan begitu banyak orang yang menonton sepertinya tidak akan berhenti berair mata melihatnya.

Bu Een yang bisa dipanggil Uwa adalah seorang perempuan hebat, betapa tidak, seseorang yang hanya bisa terbaring akibat lumpuh selama puluhan tahun masih tetap mengabdikan dirinya untuk orang lain dan tetap tabah menghadapi cobaan hidup yang bertubi-tubi.

Aku menangis saat menonton karena diriku malu melihatnya karena apa yang aku alami tidak seujung kuku pun dari apa yang Bu Een alami. Aku baru di serang stroke sejak November 2012 lalu tapi merasa diri sedang di berikan beban memikul seisi bumi, membuatku lebay dan sering meratap. Sedangkan Bu Een maju terus tanpa gentar dengan memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak di sekitarnya, salut!

Bu Een Sukaesih yang lahir tanggal 10 Agustus 1963, mulai sakit-sakitan sejak tahun 1981 saat ia berusia 18 tahun. Selama 6 tahun Bu Een merasakan nyeri di bagian persendian sekujur tubuh namun ia masih mampu berjalan dan ia pun berhasil menyelesaikan pendidikan D3 Konseling nya di IKIP yang sekarang bernama UPI (Universitas Pendidikan Indonesia).

Perjalanan penyakit Bu Een di mulai ketika suatu pagi ia merasa nyeri luar bisa pada lengan kirinya yang seperti ditusuk-tusuk dan tidak bisa di angkat atau di gerakkan. Sore hari beliau ke dokter dan sembuh setelah meminum obat namun hanya bertahan 3 hari setelah itu dia kembali merasakan nyeri , tidak hanya di lengan kiri tapi juga kanan. Hari demi hari kondisinya bukan membaik tapi justru malah semakin parah, dari lengan kemudian ke lutut kanan kiri lalu ke semua persendian dari ujung kepala hingga ujung kaki. Pola makan sudah di jaga ketat tapi tidak berpengaruh apa-apa.

Dokter bilang Bu Een terkena penyakit radang sendi, Rheumatoid Arthritis. Penyakit ini adalah penyakit autoimun kronis, progresif dan melumpuhkan. Menurut penelitian, penyakit ini banyak di derita oleh kaum wanita, salah satunya Ibu Een Sukaesih. Penyakit ini akhirnya membuat kandas karier Bu Een sebagai calon pegawai negeri sipil karena Bu Een hanya mampu berbaring sejak tahun 1987.

Sudah 26 tahun Bu Een hanya diam berbaring dengan gerak terbatas tapi tidak ada satu penyakit pun yang membatasi hati dan pikirannya untuk jadi bermanfaat. Keinginan untuk sembuh adalah tekad awal sejak beliau sakit tapi kecintaan pada sang khalik mebuatnya tabah luar biasa. Merepotkan orang lain sudah pasti dalam hal mengurusi diri sendiri namun doa menjadi jalan keikhlasan ketika mendapat segala bentuk bantuan orang lain yang sebenarnya merupakan tanda cinta orang terkasih untuk Bu Een (Saya tahu persis, ini rasanya sangat tidak enak!)

Sesudah sakit Rheumatoid, Bu Een juga pernah di vonis infeksi usus oleh dokter yang tidak biasa ia datangi, katanya sih akibat terlalu banyak minum obat rematik, dokter itu mengatakan bahwa Bu Een hanya bisa bertahan hidup selama satu minggu. Hal ini membuat keluarganya panik dan Bu Een pun jadi sedih, namun Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, diagnosa itu tak terbukti sama sekali. Lama berbaring terlentang di tempat tidur karena tidak bisa menggeerakkan badan, ternyata memunculkan masalah baru yaitu kulit punggung Bu Een menjadi lecet dan memar yang menimbulkan perih. Untungnya ini hanya berlangsung selama 6 bulan karena akhirnya di letakkanlah ban dalam vespa yang diberi sedikit angin di bawah pinggul beliau yang diberi lapisan kain agar tidak panas dan punggung tidak terlalu menekan kasur. Hal itu mampu memecahkan permasalahan punggung lecet tapi masalah belum lagi usai karena sejak Juli 2012 mata kirinya tiba-tiba sakit dan tak bisa lagi melihat akibat infeksi yang muncul dari penyakit yang di deritanya, tapi lagi-lagi Bu Een tabah dan ikhlas semata-mata untuk meraih Ridho Allah SWT.

Bu Een yang mencintai dunia pendidikan tetap bisa menyalurkan tekad nya untuk mencerdaskan anak bangsa dengan memberikan ilmu yang dimilikinya melalui pendidikan gratis namun dengan upaya terbaik untuk anak-anak disekitarnya tanpa pamrih berdasarkan cinta dan kasih sayang, Bu Een bilang “Life For Education!”.

Baktinya di dunia pendidikan itu pun akhirnya mengantarkan Bu Een pada penghargaan dari SCTV Award untuk 3 kategori yang juga akhirnya mempertemukannya dengan para idolanya juga dengan Bapak Presiden SBY.

Bu Een berkata bahwa hidupnya sangat merepotkan orang lain, tapi dia berharap semoga keluarganya bersabar menghadapi kenyataan hidup. Di lain sisi dia juga ingin terus bermanfaat dengan cara terus mensyukuri nikmat hidup. Untuk mengantisipasi sakit yang di derita, belia mengimbangi hidupnya dengan kegiatan positif, katanya “Syukur-syukur bisa bermanfaat untuk semua orang, kalau tidak, minimal untuk diri sendiri dan keluarga.” 

Aku hanya bisa bilang salut untuk sang guru sejati sekaligus malu dan karena aku masih ‘sehat’, aku masih muda, maka kini aku pun tertular ‘virus’ semangat ibu Een sehingga aku tidak mau kalah lagi oleh rintangan hidup apapun, semoga yang lain pun demikian, salam semangat untuk kawan semua, oh iya, ada salam 'SEMANGAT PAGI' juga dari Om Hendi untuk kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar