Selasa, 11 Juni 2013

Aku siap bertarung kembali Jendral!



PadaMu aku datang dan menyerahkan diri karena aku ingin menjadi lebih pintar dalam berpasrah hingga tiba waktuku menuju tempat simpanan namun bisakah aku marah dengan lebih elok lagi atau jika perlu bisakah amarah itu menghilang saja selama aku berada ditempat tetap ini. Karena sunguh marah itu membuatku sakit dan marah selalu berujung pada rasa malu dan penyesalan.

Apakah yang kulakukan selama ini sia-sia. Aku merendahkan diriku dengan bersujud memujaMu dan bibirku terus merapalkan kata-kata indahMu juga mencari tambahan lain. Tapi mengapa rasanya kadang semua hal itu tidak menempel pada jiwa dan ragaku dan tidak cukup untuk mengusir bayangan hitam busuk yang pernah ada dalam diriku atau ini memang hal yang normal-normal saja.

Tingkatan itu, tingkatan itu kenapa terasa sulit. Bukankah idealnya aku tidak lagi berair mata apalagi hanya untuk hal yang sepele jika memang aku merasa selalu berada dalam dekapMu. Tidakkah semua ini berarti lalu menjadi sia-sia karena semuanya seolah tidak ada bekas atau tidak ada hasil apa-apanya.

Sungguh dunia hanya tempat senda gurau tapi ada kalanya aku merasa bosan hanya bersenda gurau. Apakah ini pertanda aku mulai tergoda dengan tawaran setan. Oh Malam, jangan izinkan setan drama melihatku berair mata dan tutupi aku dengan gelapmu.

Aku mulai geram dan bosan melihat drama menari penuh suka cita berhiaskan tawa bahagia. Itulah tarian kebahagiaan setan saat melihatku melemah oleh sikap setiap orang. Oh dramaaaaaaaaaaaaa bisakah kau pergi menjauh. Sungguh hal ini hanya ombak kecil bukan badai, jadi kumohon pergilah karena aku tidak butuh tarianmu wahai drama!

Hei bukankah seharusnya aku merajai diriku dan tidak mengizinkan siapapun menyakitiku hingga membuat drama menari penuh suka cita saat aku terpuruk. Mungkin itulah yang mereka tahu dan pahami tentang menyayangi. Mereka mungkin tidak berpikir bahwa seekor anak kucing juga butuh disapa oleh tuannya tidak hanya jadi binatang peliharaan penghias mata yang dibiarkan begitu saja hingga membuatnya bersedih.

Mereka memungutku dengan alasan kasih, mereka menyimpanku dan sepertinya mereka tidak pernah berpikir bahwa aku juga punya hati. Hei malam, aku mau berbisik dan hanya kau yang tahu bahwa aku tidak suka situasi ini dan kumohon jangan biarkan pagi menggangu kita. Aku merasa seperti sampah yang lambat laun akan membusuk dan berbau.

Tahukah kau malam bahwa aku merasa jika aku sebenarnya tidaklah buruk namun mreka membuatku merasa buruk yang akhirnya membuatku benar-benar menjadi buruk dan tidakkah itu berlebihan. Oh malam, sungguh ini adalah sebuah drama busuk yang memuakkan maka bolehkah aku melangkah jauh ke sana.

Hei malam, apa yang kutangisi. Apakah sebenarnya aku sedang menangisi diriku sendiri yang tidak lagi mampu membedakan antara ombak kecil dan badai. Serapuh itu kah aku? Ayolah, ini sepele dan biasa saja karena ini hanya sebuah ombak kecil yang halus tapi kenapa aku seolah sedang menghadapi badai. Kenapa aku begitu rapuh sehingga jangankan hantaman, sentuhan lembut saja bisa merubuhkanku.

Adakah aku sedang membenci tempat tetap dan putus asa lalu mengharap berada ditempat simpanan pertanda iman melemah hanya karena sebuah sentuhan ombak kecil. Ok, rupanya menurut mereka aku terlalu kuat atau mungkin mereka pikir aku teramat sangat kuat. Mungkin pikiran mereka baru akan berubah jika aku sudah dikafani.

Bolehkah aku protes karena kupikir mereka jumawa dan tidak tahu yang mana tempat sampah lalu aku yang dijadikan tempat sampah. Mereka membuatku tampak jadi sampah dan terkadang menjadikanku tempat sampah. Huuuh, lihatlah sikapku ini malam. Sikapku ini benar-benar sebuah drama berlebihan buah dari lelah dan pedih hingga aku harus berjuang mengusir lelah dan pedih. Ya aku akhirnya juur dan berkata bahwa aku sedang pedih Jendral lalu akupun tidur untuk mentralisir hati dan pikiran.
*****

Saat bangun kulihat malam telah pergi berganti pagi. Lelah dan pedih pun sepertinya sudah tidak lagi ada. Sepertinya lelah dan pedih sudah pergi menjauh dan aku kembali melihat banyak hal indah yang harus kusyukuri. Ternyata semakin aku bersyukur maka hatiku akan semakin damai. Aku mulai menghiasi lelah dengan seutas senyum dan mencari hatiku yang berterima kasih karena hati yang berterima kasih akan memunculkan semakin banyak bahagia.

Pagi mengingatkanku bahwa aku pernah berkata rida jadi tempat sampah bagi siapapun. Tempat sampah tetaplah bermanfaat tanpa harus menjadi sampah. Pagi juga berkata bahwa ini hanya buah dari lelah dan pedihku juga ketidak sukaanku akan banyak hal yang seolah kompak menyerangku dari setiap sisi dan ini juga karena tidak kuatnya benteng pertahanan yang kumiliki.

Lelah, aku berkata pada pagi bahwa sejujurnya aku lelah sekali, boleh kan aku bilang jika aku lelah. Lalu aku diam, menarik nafas dan tersenyum lalu kembali melangkah pertanda belum menyerah. Entah mengapa rasanya lelah sedari kemarin selalu membuatku berair mata. Ada juga bayangan hitam dan beberapa kejadian yang membuat perasaanku di aduk-aduk oleh semua orang hingga membuatku lelah.
 
Aku tidak boleh berpikir bahwa semua orang hanya akan menunjukkan perhatiannya padaku ketika aku sekarat. Mereka sudah memberikan kasih terbaiknya dan sekarang mereka percaya bahwa aku kuat dan mampu. Jika mereka percaya padaku lalu mengapa aku tidak mepercayai diriku sendiri.
Mungkin aku hanya jadi pelampiasan saja dan suasana hati mereka memang sedang benar-benar tidak bagus. Aku sensitif lalu bertanya apakah aku yang sebenarnya merusak suasana hati mereka atau tepatnya merusak hidup mereka. Oh ayolah pikiran seperti ini benar-benar sebuah drama.

Aku mulai bersyukur tentang kehadiran orang-orang terkasih disampingku yang didalam tubuhnya mengalir darah yang sama denganku, lalu dia kekasih hati penceria hidupku dan mereka para malaikat bernama sahabat yang tidak pernah lelah menjadi kaki dan tanganku.

Mungkin kemarin penceriaku sempat menjadi salah satu yang bersikap hampa karena dia juga mendapat perlakuan tidak meyenangkan dari yang lain. Responnya padaku masih juga hampa saat hubungannya dengan yang membuatnya kesal sudah baik-baik saja.

Mungkin dia juga lelah dengan situasi yang dia hadapi dan dengan segala kehampaannya bukan berarti dia tidak rindu karena pagi ini dia sudah menyapaku dengan bahagia tapi justru aku yang kali ini malah merespon dengan hampa. Aku hanya sedang bosan menjadi tempat sampah. Percuma bertanya kenapa semua hal buruk datang bersamaan dari smua sisi, lelah dan pedih masih meninggalkan sedikit jejak tarian drama.

Aku tidak diam, aku berjuang melawan sedihku, pedihku, rasaku, pikiranku, lelahku dan sakitku. Dia juga tidak sedang diam, dia sibuk dan berjuang demi masa depan kami. Kantuk, lelah dan sakit badan setiap hari menemaninya. Dia berjuang dan sepatutnya aku mendukungnya seperti dia mendukungku.
Kadang aku ingin dimanja terlebih dengan kondisi saat ini tapi aku juga harus paham bahwa dia bukan sengaja melupakanku. Dia hanya sedang begitu sibuk, bekerja kesana kemari sudah cukup menyita waktu bahkan terkadang dia juga sampai tidak memperhatikan dirinya sendiri. Ayolah, aku bukan nenek-nenek manja yang maunya hanya ingin dimengerti saja jadi aku harus bisa lebih realistis tentang semua ini.

Drama ini sudah semakin tidak asik, aku meminta pada pagi untuk diingatkan bukan diberi pertanyaan yang menanti jawaban. Inilah ucapan hati yang meminta genggaman tangan bukan pujian apalagi makian.

Dengan lantang aku berkata pada dunia. Heiiiiiiiiii aku ada, hidup dan bernyawa. Disini ada hati yang rindu minta sapa pelukan. Ini bukan puisi ataupun narasi. Ini jeritan hati, hati yang diam dan terlalu diam yang kini ingin berbisik lalu menjerit.

Aku berterima kasih karena masih mendapat peran dan Engkau masih percaya bahwa aku mampu untuk menjadi pelampiasan dari yang lain ditengah kondisiku kini. Ya bahagia itu sederhana atau bisa disederhanakan cukup dengan bisa tersenyum dalam jiwa raga yang lelah.

Pergilah menjauh setan drama. Jangan coba mndekatiku disetiap pagi, siang, sore dan malam. Aku akan terus mencoba melihat dari posisi yang lebih positif karena melihat dari sisi negatif justru malah merusak diriku sendiri dan aku akan berjuang mengalahkanmu wahai setan drama. Lihat aku setan drama, aku sedang terus memperkokoh benteng pertahananku hingga tidak ada celah yang bisa kau masuki. Aku siap bertarung kembali jendral! jangankan ombak kecil, badaipun akan kulalui karena jiwaku dalam genggamanMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar