Selasa, 11 Juni 2013

Semangat Cinta Om Hendi & Tante Vony


Ada seorang laki-laki yang selalu menarik perhatian setiap kali aku datang ke klinik terapi akupuntur. Laki-laki itu berbadan kecil, tingginya kira-kira 150cm, dia sudah tua tapi semangatnya tetap muda. Belakangan, akhirnya aku tahu namanya adalah Hendi Arto yang berusia 60 tahun dan biasa kami panggil Om Hendi.

Dia datang ke klinik untuk mengantar Tante Vony istrinya guna mengikuti terapi setiap satu atau dua kali dalam seminggu. Selama Tante Vony di terapi atau menunggu giliran di terapi, Om Hendi akan dengan sigap merapihkan sandal-sendal milik pengunjung yang berserakan di teras klinik sambil bernyanyi dan tanpa malu-malu. Dia bilang “Rapih itu indah!” dan bagiku perbuatannya itu adalah hal yang hebat.

Om hendi selalu menyapa setiap orang dengan lantang, ucapan salam nya selalu khas “SEMANGAT PAGI!” Di ucapkan penuh semangat sambil tersenyum dan menunjukkan kepalan tangan kanan bak seorang pejuang. Laki perempuan, tua muda, kenal atau pun tidak, semua dia sapa. Pagi, siang atau pun sore kata-katanya tetap sama “SEMANGAT PAGI!”

Umumnya, semangat pagi hari adalah semangat yang menggebu-gebu untuk memulai hari dan biasanya semangat itu akan mulai hampir hilang bersama terbenamnya matahari kemudian tubuh akan meminta jatah istirahat setelah lelah seharian. Tapi tidak pada lelaki tua itu, dia terus memiliki semangat pagi walaupun hari sudah hampir petang.

Istrinya Tante Vony adalah perempuan cantik yang selalu tersenyum dan kaki kirinya selalu saja bergetar. Aku merasa aneh saat pertama kali melihat kakinya yang tak mau diam itu. Tante Vony tidak pernah dibaringkan ditempat tidur saat di terapi karena kesulitan untuk beranjak, dia selalu duduk di kursi rodanya saja.

Om Hendi bercerita bahwa Tante Vony yang sekarang berusia 63 tahun, terserang stroke akibat hipertensi pada tanggal 18 mei 2008. Pembuluh darahnya pecah dan menyebabkan kesulitan fungsi gerak pada tubuh bagian kirinya dan di rawat selama berhari-hari di rumah sakit. Setelah serangan stroke Mei 2008, Tante Vony sudah sempat bisa berjalan namun karena terjatuh saat beraktivitas, sekarang kondisinya semakin parah hingga kesulitan berdiri dan kakinya terus menerus bergetar.

Om Hendi dan Tante Vony sudah menikah puluhan tahun dan hanya tinggal berdua karena tidak dikaruniai anak. Keduanya kini tidak lagi bekerja dan sudah banyak harta yang habis untuk biaya hidup dan pengobatan. Kini mereka hidup dengan bantuan kasih dari adik-adiknya.

“Om kesini naik apa?” tanyaku
“Naik Mersi!” ucapnya, kemudian dia melanjutkan kata-katanya “Tahu nggak apa Mersi?”
“Mobil?” tanyaku heran
“Bukan, mersi itu mamerin istri. Kan istri om duduk di kursi roda trus tongkatnya diselipin buat nahan biar istri om ga jatuh! Nah Om dorong deh dari rumah sampe sini. Itu namanya MERSI kan istri Om cantik!”

Pantas! Selama ini aku selalu aneh karena Tante Vony duduk di kursi roda tapi selalu bawa tongkat, ternyata untuk penahan toh! pikirku.

Om Hendi bilang dia datang dengan berjalan kaki sambil mendorong istrinya dari rumahnya di Komplek Kopo Permai blok C ke tempat terapi di Sukamenak Indah blok N yang jaraknya kurang lebih 3 km.

Perjalanan mereka tempuh selama 1 jam 10 menit jika cuaca cerah dan jadi 1 jam 45 menit jika hujan. Medan yang dilalui juga tidak semuanya mulus karena banyak jalan berlubang yang mereka lewati, terkadang Om Hendi terjatuh sehingga sering di marahi Tante Vony beberapa kali. (Maklumlah penderita stroke memang beberapa agak manja, emosian dan sensi kayak gw!)
Cerita terus berlanjut, Om Hendi membagi banyak kisah nya saat dulu bekerja, saat Tante Vony sakit juga cerita mereka kini. Om Hendi selalu bilang bahwa dia mencintai istrinya dan itu terlihat dari kesetiaannya mendampingi Tante Vony.

Sehari-hari mereka hanya memasak ½ kg beras untuk 2 kali makan. Untuk lauknya, Om Hendi akan membeli tahu goreng di tukang pecel lele sebanyak 10 buah dan itu bisa untuk lauk makan siang dan malam. Om Hendi bilang “Jika semua dilakukan dengan cinta, maka kesulitan akan terasa indah. SEMANGAT PAGI!”

1370851140528280050

Tidak ada komentar:

Posting Komentar