Minggu, 16 Juni 2013

Alam lebih mengerti bahasa cinta kita


satu sore di warung kopi Puncak berlatar kebun teh
di temani kopi, mie instant, rokok dan cinta
setelah melihat indah jingga dalam pelangi


Tahukah kau apa saja warna pelangi?
Jika kau jawab merah kuning hijau, artinya kau lupa satu warna lagi yaitu orange atau jingga
Jingga hadir dengan jelas karena dia adalah warna yang terlihat cerah
Cerahnya mampu menambah cerah merah, kuning dan hijau
Tapi jingga tak pernah menuntut untuk hadir dalam lirik lagu yang kau nyanyikan sejak kanak-kanak
Jingga santai dan selalu tersenyum dengan manis
Jingga tenang, tidak merasa diri penting untuk di umbar walau dia utama
Jingga tak perlu pengakuan karena dia cukup tahu dirinya indah
Jingga dalam pelangi adalah poros yang tak harus di atur hadirnya

Pelangi indah muncul setelah deras hujan
Penyejuk hati dinikmati mata
Aku bukan jingga, dia bukan jingga, kamu bukan jingga, kita dan anda pun bukan jingga
Karena jingga ada di sana di dalam indah mata yang melihatnya
Pelangi, kau tak perlu malu-malu untuk muncul esok hari
Biarkan mata hatiku menikmatimu oh pelangi
Izinkan jingga turun dari mata lalu biarkan ikut bermain di dalam ruang hatiku

Ku minta angin berbisik lembut padamu tanpa kata dalam rajutan aksara yang hanya akan tercecer seperti sampah
Aku meminta angin karena dia bagian alam sama seperti pelangi yang kita lihat sore itu di pintu gerbang taman safari
Alam selalu lebih mengerti bahasa cinta kita berdua sayang
Angin cepat pergilah pada kekasihku
Sampaikan padanya bahwa aku masih setia merapal doa untuknya
Katakan bahwa aku tahu dia menyayangiku seperti dia menyayangi gunung berapi

Sekarang aku duduk diam
Burung, ikan dan kucing menemaniku saat menunggumu datang bersama jingga
Segera setelah mendengar pesanku yang di bawa angin
Ku harap angin sudah berbisik padamu bahwa aku merindu peluk hangatmu 


singgah pertama di Puncak pagi hari
setelah terlambat melihat mentari terbit yang ingin kau tunjukkan padaku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar