Sabtu, 29 Juni 2013

Aku, Si norak yang baru naik travel



http://twicsy.com/

Hari ini adalah perjalanan ke luar kota pertamaku menggunakan travel sekaligus perjalanan jauh pertama setelah sempat ‘tumbeng’ karena stroke yang nggak asyik. Perjalanannya Cuma dari Bandung ke Jatiwaringin, Bekasi sih. Sebenarnya itu adalah perjalanan yang biasa bagi siapapun, aku saja yang mendramatisir plus agak norak hahaha. Secara travel sudah ada dari zaman kapan tahu, hahahaha. Ya selama ini aktivitasku memang kebanyakan di Bandung sih, jarang sekali ke luar kota. Setahun paling banter satu atau dua kali lah, itu pun nebeng mobil teman atau naik mobil sewaan saat menghadiri acara keluarga di luar kota atau naik bus. Nggak pernah naik travel karena aku memang doyan sekali naik bus!
Sebelum aku ‘tumbeng’, hampir semua perjalanan luar kota yang kulakukan juga rasanya ya biasa-biasa saja! Tapi rasanya bakal jadi nggak biasa kalau seandainya kamu adalah orang yang sedang belajar memaknai hal sekecil apapun disekitarmu sekaligus menjalani peran baru dalam hidup sebagai seorang stroke survivor dengan kecacatan tubuh bagian kiri! Tapi amit-amit, pait pait pait, jangan sampai deh kamu-kamu ngalamin stroke! Sumpah stroke itu gak enak my bro & sis!
Ceritanya, sepupuku, yaitu anak Tulangku yang tinggal di Jatiwaringin, baru saja melahirkan anak pertamanya seminggu yang lalu. Kami keluarganya yang tinggal di Bandung yaitu aku, Mamahku, Bapa tua dan Mama tua-ku, berencana untuk menjenguknya. Bapa tua akhirnya memilih untuk naik travel karena dia sedang tidak pede untuk menyetir sendiri kalau seandainya kami menyewa mobil, dia sedang tidak fit katanya. Aku juga sempat agak nggak pede sih karena takut akan merepotkan orang lain tapi hati ini bilang “Lets rock Sutri!” jadi aku nekat deh sambil terus merapal doa dalam hati hehe.
Aku meminta agar mereka yang bersamaku di belai hatinya oleh Tuhan agar ikhlas memberi kasihnya pada kondisiku tanpa mengurangi kenyamanan perjalanan mereka sedikitpun dan semoga aku mandiri dan tak jadi beban bagi siapapun, tentunya juga meminta perjalanan kami selamat hingga kembali pulang nanti.
Pukul 04:00 aku sudah bangun lalu bersiap-siap sementara Mamahku sudah mulai siap-siap dari pukul 02:00 (Ibu-ibu suka rempong cinn). Pukul 05:00 aku dan Mamah diantar adik-adikku berboncengan menggunakan motor menuju pool travel di perempatan buah batu. Jaraknya kira-kira 20km (kilometer) lah dari rumahku. Tiba di pool, ada Mama dan Bapa tua yang juga baru sampai. Karena pemberangkatan pukul 05:30 sementara waktu masih pukul 05:15 maka kami duduk-duduk manis dulu selama menunggu (padahal gak manis sama sekali hahaha).
Oh God, yang disekitarku ternyata dasarnya memang baik bahkan terlalu baik malah, saat aku sedang berdiri menikmati suasana subuh di luar sambil menunggu pemberangkatan eh dituntun dan di ajak duduk agar kakiku tidak lelah, saat berjalan kesana kemari juga selalu berusaha mereka tuntun karena takut aku terjatuh. Karena aku sedang belajar mandiri, maka beberapa kali aku melepas tangan mereka yang menuntunku dengan santun karena aku mau berjalan sendiri saja di setiap lingkungan baru yang kujalani selama jalanan itu tidak miring atau menurun.
Pukul 05:45, mobil yang kami tumpangi baru berangkat. Ada 2 penumpang di kursi depan termasuk supir, di kursi baris kedua ada aku, Mamah dan Mama tua, di baris ketiga ada Bapa Tua, dan ada seorang laki-laki di kursi baris keempat.
Perjalanan di mulai. Semua hampir baik-baik saja sampai akhirnya bus memasuki tol dari pintu tol Mohamad Toha. Saat itu langit sudah mulai cerah juga ada sinar jingga mentari terbit di langit. Aku yang duduk di pinggir dekat pintu, tiba-tiba melirik pegangan pintu dan jalanan yang mulus saat di km195 lalu bisikan yang pernah muncul di awal aku ‘tumbeng’ datang kembali saat itu. Bisikan itu semacam dorongan agar aku membuka pintu lalu melemparkan tubuhku kejalan di saat mobil tengah melaju kencang. Parah, padahal sudah lama bisikkan itu hilang, entah kenapa tiba-tiba muncul lagi.
Karena takut hal bodoh terjadi, maka pintu pun aku kunci lalu hati dan bibirku terus mengucap istighfar dan berdzikir seperti yang Rahma si Psikolog dadakanku pernah ajarkan. Karena aku tidak mau melirik ke jalan melalui kaca pintu yang ada disampingku, maka pandanganku lurus ke depan mengintip jalan melaui kaca bagian depan mobil atau sesekali melihat ke cakrawala dan itu rasanya jauh lebih tenang.
Setelah istirahat sebentar di km32 kami melanjutkan perjalanan dan tiba di pool Baraya Jatiwaringin pukul 08:00. Dari pool kami berjalan kaki menikmati pagi di Jatiwaringin menuju rumah Tulang yang jaraknya sekitar 600 meteran lah. Bapa tua sempat menyarankan agar kami para perempuan naik angkot saja karena khawatir aku kelelahan tapi kutolak dengan berkata “Sekalian olah raga kita Bapa tua!” lalu kami pun berjalan kaki dan aku tidak mau di tuntun, hehe.
Bapa tua akhirnya menuntun tangan kiriku saat kami harus menyebrang dan berlanjut menununtunku hingga rumah yang kami tuju yang hanya tinggal 150 meter lagi. Aku membiarkannya saja karena aku juga sudah puas saat berjalan sendiri di jalan besar tadi sambil sesekali diklaksoni angkot dan mobil karena aku berjalan terlalu ke badan jalan hingga menimbulkan teriakan kecil plus sikap proteksi dari mama tua dengan menggiringku ke trotoar, hehe maaf ya Mama tuaku sayang.
Sampai di rumah tulang, kami saling sapa dengan seisi rumahnya, lalu melihat si jagoan baru anak sepupuku kemudian semua melakukan adegan-adegan khas saat melihat bayi. Kami mengobrol tentang ini dan itu, saat itu ada juga Mama tua dari Bogor, Nantulang dan sepupu-sepupu lain dari cibitung sehingga aku jadi asyik melihat para orang tua itu membicarakan cucu-cucu mereka lalu melihat Nantulang memasak bersama Tanteku setelah itu kami pun makan bersama.
Pukul 14:00, kami yang berpamitan karena kami sudah memesan tiket pulang dengan jasa travel yang sama agar tidak terlalu malam saat tiba di Bandung. Kali ini kami tidak berjalan kaki menuju pool tapi diantar oleh Nantulang. Tiba di pool aku sudah berniat untuk duduk di pinggir yang tidak di dekat pintu tapi sayangnya aku malah mendapatkan posisi itu lagi di baris ke tiga.
Penumpangnya lebih banyak saat menuju Bandung. Ada 2 penumpang laki-laki dewasa dan supir di baris depan, ada suami istri plus dua anaknya yaitu anak perempuan berusia sekitar 6 tahun dan satunya lagi adalah bocah laki-laki yang berusia sekitar 3 tahun. Ada aku, Mama tua dan Mamah di baris ke tiga. Ada 3 perempuan dengan dandanan modis dan Bapa tua adalah satu-satunya laki-laki diantara mereka di baris ke empat.
Perjalanan pulang ternyata adalah perjalanan uji kesabaran bagi para penumpang karena setelah mobil berjalan sekitar 500 meter, penumpang dan supir baru sadar kalau Ac mobil tidak berfungsi dengan baik. Supir menawarkan untuk kembali ke pool lalu mengganti mobil tapi di tolak oleh penumpang di baris ke empat serta Mamahku yang menolak dengan suara paling keras berkata “Tanggung, nanti lama lagi!” jadi si supir pun jalan terus deh.
Cuaca lumayan panas menyengat, ac tidak berfungsi dan jalanan macet, so para penumpang mulai kipas-kipas sambil menggerutu deh. Mereka gelisah termasuk Mamah yang mulai berkeringat sangat banyak seperti orang sedang mandi, aku hanya cekikikan melihatnya karena aku tidak merasa terlalu panas seperti mereka.
Di km38, salah satu perempuan di baris ke empat mulai bersuara dengan keras minta berhenti dan minta ganti mobil “Iya bu, nanti kita rest dulu. Tadi kan saya sudah tawarkan tapi katanya nggak mau.” Jawab si supir. Kupikir supir itu memang tak salah, dia sudah benar kok.
Aku melihat Mamah sedang sibuk mengelap keringatnya sambil sedikit menggerutu tentang panas yang dia rasa “Tadi kan Mamah yang suaranya paling kenceng pas nolak tuker mobil jadi nggak boleh ngeluh!” ucapku sambil tertawa. “Ssstttt” balas Mamah.
Di km57 kami istirahat terlebih dulu. Di sana aku melihat stand penjual minuman lalu aku membayangkan segelas milo dingin yang terpampang dalam gambar di stand itu rasanya akan nikmat mengaliri tenggorokanku tapi sayangnya aku kurang beruntung karena cup nya habis kata si penjualnya, lalu saat melihat stand lain aku membeli teh manis dalam kemasan yang terpajang di lemari es dan sedotan langsung ku tancapkan pada kotak kemasan tapi tehnya tak dingin karena baru saja masuk lemari es kata si mbak penjualnya. Hadeh!!!!!!!!!
Tadinya supir mau menukar mobil tapi ternyata tidak ada yang kosong sehingga kami tetap melanjutkan perjalanan dengan mobil yang sama. Penumpang tetap merasa panas tapi suara menggerutu sudah tidak terdengar, mungkin karena semuanya sudah mulai menyesuaikan dengan kondisi.
Perjalanan hening hingga tiba-tiba salah satu anak dari penumpang di baris ke dua yang berusia sekitar 3 tahun mulai berbicara dengan berteriak mengganggu Kakanya sambil menjerit sesekali.
“Sstttt diam” ucap ayahnya sambil menempelkan ibu jari di bibir sang bocah yang kemudian dibalas sang bocah dengan menggigit jari ayahnya itu, hahaha. Dua anak itu terus ribut hingga sang kakak sepertinya mulai merasa lelah lalu diam tapi adiknya, sepertinya masih memiliki banyak energi hingga sering melakukan berbagai manuver yang jadi tontonan asyik selama perjalanan menurutku. Aku memilih menonton sang bocah karena bisikan itu akan muncul jika aku mulai melirik pintu sementara Mamah dan Mama tua tidak bisa diajak ngobrol karena tidur sejak dari rest area tadi.
Anehnya, bocah itu selalu tiba-tiba menjadi diam dan menunduk saat mendapatiku tengah memperhatikannya sehingga aku mulai mengalihkan perhatian ke jalanan yang mulai hujan saat di km193. Mamah dan Mama tua pun terbangun lalu kami pun sama-sama melihat hujan sambil mengobrol.
Tidak lama kami tiba di tol buah batu, ada kemacetan dari semenjak hendak keluar tol hingga berada di terusan buah batu, oh yeahhh aku mengalami lagi macetnya Bandung, ucapku dalam hati.
Penumpang gelisah karena jarak dari pintu keluar tol menuju pool yang sebetulnya cukup ditempuh dalam 10 menit baru berhasil kami lewati dalam 1 jam saking macetnya. Wajar sih, hari ini kan weekend, musim libur anak sekolah dan tanggal-tanggalnya orang gajian jadi sempurna deh untuk melengkapi macetnya Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata.
Si bocah laki-laki mulai bermanuver kembali bahkan lebih dahsyat selama dikemacetan, bapa tua di baris ke empat saja tergoda untuk meladeni sang bocah dengan sahutan suara nggak jelas setidak jelas suara bocah itu yang terus menerus berteriak dan sepertinya orangtua sang bocah sudah habis akal untuk mengendalikannya sekaligus merasa malu pada penumpang lain.
Kami tiba di pool pukul 18:20, Bapa tua dan Mama tua langsung pulang menggunakan motor yang mereka titipkan di pool tadi pagi sementara aku dan Mamah melanjutkan perjalanan pulang dengan naik angkot. Angkot pertama yang kami naiki adalah angkot 05 yang melaju normal hingga kami mengalami macet di perempatan jalan Inhoftank yang membuat perjalanan kami jadi lamban. Saat berganti angkot kedua menuju Soreang dari leuwi panjang, mulanya juga biasa saja sampai ada ibu-ibu yang memaksa masuk walau angkot sudah penuh dan dia duduk persis disebelah kiriku.
Kursi angkot berhadap-hadapan yaitu kursi yang panjang untuk 7 orang dan yang lebih pendek untuk 5 orang. Posisi duduku di kursi yang lebih pendek jadi tak nyaman karena sepertinya hanya cukup untuk 4 orang bukan 5 orang. Karna dipaksakan, kakiku jadi sakit, dudukku tak nyaman. Aku sempat berteriak karena sakit di kakiku saat ibu itu memaksa duduk setelah itu kakiku beberapa kali mengenai penumpang yang ada dihadapanku, fiuhh.
Bapak yang duduk di sebelah kananku rupanya melihat kegelisahanku, lalu dia bertanya “Sakit apa dek?”
“Stroke pak.” Jawabku kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya dari si Bapak tentang sakitku. Perempuan disebelah Bapak itu yang duduk sambil menggandeng tangan si bapak, kupikir itu mungkin istrinya, juga jadi ikut nimbrung hingga terciptalah satu topik obrolan tentang stroke antara kami bertiga yang ikut dicuri dengar oleh penumpang lain karena aku melihat beberapa diantara mereka memperhatikan obrolan kami, hehehe, sedangkan Mamah hanya ikut menimpali obrolan kami sesekali karena dia lebih fokus memperhatikan jalan.
Aku bercerita pada bapak ibu itu bahwa aku sempat mengalami tingkat kesadaran yang rendah saat serangan stroke terjadi kemudian bercerita tentang proses penyembuhanku juga berbagi cerita tentang stroke karena saudaranya si Ibu pun mengalami stroke katanya.
Perbincangan kami terhenti saat Mamah berkata “Kiri.”. Perjalanan jadi tak terasa dan perhatianku dari kaki yang sakit pun teralihkan karena diisi dengan ngobrol hingga sakitnya pun tak lagi terasa. Aku dan Mamah turun disertai senyum dari para penumpang lain saat aku melewati mereka sambil berkata “punten.” juga doa dari Bapak dan Ibu tadi “Neng semoga sehat terus ya neng. Neng dapet mukjizat dari Allah jadi harus tetap bersemangat ya Neng biar bisa pulih lagi kayak semula.” ucap si Ibu yang kujawab dengan berkata “Aamiin!”
Setelah itu kami lanjutkan naik andong untuk transportasi terakhir menuju rumah, kami akhirnya tiba pukul 21:00. Hemmm Buah batu ke rumahku kami tempuh 2,5jam padahal normalnya adalah 30 menit jika naik kendaraan umum, tapi ya inilah petualangan, hehe.



Mamah, menyesal itu selalu di akhir ya, kan kalau di depan namanya pendaftaran. Kalau di tengah-tengah namanya rest area makanya ada di akhir, hahahaha



Mama tua / Bapa tua = kakak ayah atau ibu. Suami mama tua disebut bapa tua atau sebaliknya
Tante = adik ibu
Tulang = saudara laki-laki ibu
Nantulang = istri Tulang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar