http://twicsy.com/ |
Hari
ini adalah perjalanan ke luar kota pertamaku menggunakan travel sekaligus
perjalanan jauh pertama setelah sempat ‘tumbeng’ karena stroke yang nggak asyik. Perjalanannya Cuma dari Bandung ke
Jatiwaringin, Bekasi sih. Sebenarnya itu adalah perjalanan yang biasa bagi
siapapun, aku saja yang mendramatisir plus agak norak hahaha. Secara travel
sudah ada dari zaman kapan tahu, hahahaha. Ya selama ini aktivitasku memang
kebanyakan di Bandung sih, jarang sekali ke luar kota. Setahun paling banter
satu atau dua kali lah, itu pun nebeng mobil teman atau naik mobil sewaan saat
menghadiri acara keluarga di luar kota atau naik bus. Nggak pernah naik travel
karena aku memang doyan sekali naik bus!
Sebelum
aku ‘tumbeng’, hampir semua perjalanan luar kota yang kulakukan juga rasanya ya
biasa-biasa saja! Tapi rasanya bakal jadi nggak biasa kalau seandainya kamu
adalah orang yang sedang belajar memaknai hal sekecil apapun disekitarmu
sekaligus menjalani peran baru dalam hidup sebagai seorang stroke survivor dengan kecacatan tubuh bagian kiri! Tapi amit-amit,
pait pait pait, jangan sampai deh kamu-kamu ngalamin stroke! Sumpah stroke itu
gak enak my bro & sis!
Ceritanya,
sepupuku, yaitu anak Tulangku yang tinggal di Jatiwaringin, baru saja
melahirkan anak pertamanya seminggu yang lalu. Kami keluarganya yang tinggal di
Bandung yaitu aku, Mamahku, Bapa tua dan Mama tua-ku, berencana untuk
menjenguknya. Bapa tua akhirnya memilih untuk naik travel karena dia sedang
tidak pede untuk menyetir sendiri kalau seandainya kami menyewa mobil, dia
sedang tidak fit katanya. Aku juga sempat agak nggak pede sih karena takut akan
merepotkan orang lain tapi hati ini bilang “Lets rock Sutri!” jadi aku nekat
deh sambil terus merapal doa dalam hati hehe.
Aku
meminta agar mereka yang bersamaku di belai hatinya oleh Tuhan agar ikhlas
memberi kasihnya pada kondisiku tanpa mengurangi kenyamanan perjalanan mereka
sedikitpun dan semoga aku mandiri dan tak jadi beban bagi siapapun, tentunya
juga meminta perjalanan kami selamat hingga kembali pulang nanti.
Pukul
04:00 aku sudah bangun lalu bersiap-siap sementara Mamahku sudah mulai
siap-siap dari pukul 02:00 (Ibu-ibu suka rempong cinn). Pukul 05:00 aku dan
Mamah diantar adik-adikku berboncengan menggunakan motor menuju pool travel di
perempatan buah batu. Jaraknya kira-kira 20km (kilometer) lah dari rumahku.
Tiba di pool, ada Mama dan Bapa tua yang juga baru sampai. Karena
pemberangkatan pukul 05:30 sementara waktu masih pukul 05:15 maka kami
duduk-duduk manis dulu selama menunggu (padahal gak manis sama sekali hahaha).
Oh
God, yang disekitarku ternyata dasarnya memang baik bahkan terlalu baik malah,
saat aku sedang berdiri menikmati suasana subuh di luar sambil menunggu
pemberangkatan eh dituntun dan di ajak duduk agar kakiku tidak lelah, saat
berjalan kesana kemari juga selalu berusaha mereka tuntun karena takut aku
terjatuh. Karena aku sedang belajar mandiri, maka beberapa kali aku melepas
tangan mereka yang menuntunku dengan santun karena aku mau berjalan sendiri
saja di setiap lingkungan baru yang kujalani selama jalanan itu tidak miring
atau menurun.
Pukul
05:45, mobil yang kami tumpangi baru berangkat. Ada 2 penumpang di kursi depan
termasuk supir, di kursi baris kedua ada aku, Mamah dan Mama tua, di baris
ketiga ada Bapa Tua, dan ada seorang laki-laki di kursi baris keempat.
Perjalanan
di mulai. Semua hampir baik-baik saja sampai akhirnya bus memasuki tol dari
pintu tol Mohamad Toha. Saat itu langit sudah mulai cerah juga ada sinar jingga
mentari terbit di langit. Aku yang duduk di pinggir dekat pintu, tiba-tiba
melirik pegangan pintu dan jalanan yang mulus saat di km195 lalu bisikan yang
pernah muncul di awal aku ‘tumbeng’ datang kembali saat itu. Bisikan itu
semacam dorongan agar aku membuka pintu lalu melemparkan tubuhku kejalan di
saat mobil tengah melaju kencang. Parah, padahal sudah lama bisikkan itu
hilang, entah kenapa tiba-tiba muncul lagi.
Karena
takut hal bodoh terjadi, maka pintu pun aku kunci lalu hati dan bibirku terus
mengucap istighfar dan berdzikir seperti yang Rahma si Psikolog dadakanku
pernah ajarkan. Karena aku tidak mau melirik ke jalan melalui kaca pintu yang
ada disampingku, maka pandanganku lurus ke depan mengintip jalan melaui kaca
bagian depan mobil atau sesekali melihat ke cakrawala dan itu rasanya jauh
lebih tenang.
Setelah
istirahat sebentar di km32 kami melanjutkan perjalanan dan tiba di pool Baraya
Jatiwaringin pukul 08:00. Dari pool kami berjalan kaki menikmati pagi di
Jatiwaringin menuju rumah Tulang yang jaraknya sekitar 600 meteran lah. Bapa
tua sempat menyarankan agar kami para perempuan naik angkot saja karena
khawatir aku kelelahan tapi kutolak dengan berkata “Sekalian olah raga kita
Bapa tua!” lalu kami pun berjalan kaki dan aku tidak mau di tuntun, hehe.
Bapa
tua akhirnya menuntun tangan kiriku saat kami harus menyebrang dan berlanjut
menununtunku hingga rumah yang kami tuju yang hanya tinggal 150 meter lagi. Aku
membiarkannya saja karena aku juga sudah puas saat berjalan sendiri di jalan
besar tadi sambil sesekali diklaksoni angkot dan mobil karena aku berjalan terlalu
ke badan jalan hingga menimbulkan teriakan kecil plus sikap proteksi dari mama
tua dengan menggiringku ke trotoar, hehe maaf
ya Mama tuaku sayang.
Sampai
di rumah tulang, kami saling sapa dengan seisi rumahnya, lalu melihat si jagoan
baru anak sepupuku kemudian semua melakukan adegan-adegan khas saat melihat
bayi. Kami mengobrol tentang ini dan itu, saat itu ada juga Mama tua dari
Bogor, Nantulang dan sepupu-sepupu lain dari cibitung sehingga aku jadi asyik
melihat para orang tua itu membicarakan cucu-cucu mereka lalu melihat Nantulang
memasak bersama Tanteku setelah itu kami pun makan bersama.
Pukul
14:00, kami yang berpamitan karena kami sudah memesan tiket pulang dengan jasa
travel yang sama agar tidak terlalu malam saat tiba di Bandung. Kali ini kami tidak
berjalan kaki menuju pool tapi diantar oleh Nantulang. Tiba di pool aku sudah
berniat untuk duduk di pinggir yang tidak di dekat pintu tapi sayangnya aku
malah mendapatkan posisi itu lagi di baris ke tiga.
Penumpangnya
lebih banyak saat menuju Bandung. Ada 2 penumpang laki-laki dewasa dan supir di
baris depan, ada suami istri plus dua anaknya yaitu anak perempuan berusia
sekitar 6 tahun dan satunya lagi adalah bocah laki-laki yang berusia sekitar 3
tahun. Ada aku, Mama tua dan Mamah di baris ke tiga. Ada 3 perempuan dengan
dandanan modis dan Bapa tua adalah satu-satunya laki-laki diantara mereka di
baris ke empat.
Perjalanan
pulang ternyata adalah perjalanan uji kesabaran bagi para penumpang karena
setelah mobil berjalan sekitar 500 meter, penumpang dan supir baru sadar kalau
Ac mobil tidak berfungsi dengan baik. Supir menawarkan untuk kembali ke pool
lalu mengganti mobil tapi di tolak oleh penumpang di baris ke empat serta
Mamahku yang menolak dengan suara paling keras berkata “Tanggung, nanti lama lagi!”
jadi si supir pun jalan terus deh.
Cuaca
lumayan panas menyengat, ac tidak berfungsi dan jalanan macet, so para
penumpang mulai kipas-kipas sambil menggerutu deh. Mereka gelisah termasuk
Mamah yang mulai berkeringat sangat banyak seperti orang sedang mandi, aku
hanya cekikikan melihatnya karena aku tidak merasa terlalu panas seperti
mereka.
Di
km38, salah satu perempuan di baris ke empat mulai bersuara dengan keras minta
berhenti dan minta ganti mobil “Iya bu, nanti kita rest dulu. Tadi kan saya
sudah tawarkan tapi katanya nggak mau.” Jawab si supir. Kupikir supir itu
memang tak salah, dia sudah benar kok.
Aku
melihat Mamah sedang sibuk mengelap keringatnya sambil sedikit menggerutu
tentang panas yang dia rasa “Tadi kan Mamah yang suaranya paling kenceng pas
nolak tuker mobil jadi nggak boleh ngeluh!” ucapku sambil tertawa. “Ssstttt”
balas Mamah.
Di
km57 kami istirahat terlebih dulu. Di sana aku melihat stand penjual minuman
lalu aku membayangkan segelas milo dingin yang terpampang dalam gambar di stand
itu rasanya akan nikmat mengaliri tenggorokanku tapi sayangnya aku kurang
beruntung karena cup nya habis kata si penjualnya, lalu saat melihat stand lain
aku membeli teh manis dalam kemasan yang terpajang di lemari es dan sedotan
langsung ku tancapkan pada kotak kemasan tapi tehnya tak dingin karena baru
saja masuk lemari es kata si mbak penjualnya. Hadeh!!!!!!!!!
Tadinya
supir mau menukar mobil tapi ternyata tidak ada yang kosong sehingga kami tetap
melanjutkan perjalanan dengan mobil yang sama. Penumpang tetap merasa panas
tapi suara menggerutu sudah tidak terdengar, mungkin karena semuanya sudah
mulai menyesuaikan dengan kondisi.
Perjalanan
hening hingga tiba-tiba salah satu anak dari penumpang di baris ke dua yang
berusia sekitar 3 tahun mulai berbicara dengan berteriak mengganggu Kakanya
sambil menjerit sesekali.
“Sstttt
diam” ucap ayahnya sambil menempelkan ibu jari di bibir sang bocah yang
kemudian dibalas sang bocah dengan menggigit jari ayahnya itu, hahaha. Dua anak
itu terus ribut hingga sang kakak sepertinya mulai merasa lelah lalu diam tapi
adiknya, sepertinya masih memiliki banyak energi hingga sering melakukan
berbagai manuver yang jadi tontonan asyik selama perjalanan menurutku. Aku
memilih menonton sang bocah karena bisikan itu akan muncul jika aku mulai
melirik pintu sementara Mamah dan Mama tua tidak bisa diajak ngobrol karena
tidur sejak dari rest area tadi.
Anehnya,
bocah itu selalu tiba-tiba menjadi diam dan menunduk saat mendapatiku tengah
memperhatikannya sehingga aku mulai mengalihkan perhatian ke jalanan yang mulai
hujan saat di km193. Mamah dan Mama tua pun terbangun lalu kami pun sama-sama
melihat hujan sambil mengobrol.
Tidak
lama kami tiba di tol buah batu, ada kemacetan dari semenjak hendak keluar tol
hingga berada di terusan buah batu, oh
yeahhh aku mengalami lagi macetnya Bandung, ucapku dalam hati.
Penumpang
gelisah karena jarak dari pintu keluar tol menuju pool yang sebetulnya cukup
ditempuh dalam 10 menit baru berhasil kami lewati dalam 1 jam saking macetnya.
Wajar sih, hari ini kan weekend, musim libur anak sekolah dan
tanggal-tanggalnya orang gajian jadi sempurna deh untuk melengkapi macetnya
Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata.
Si
bocah laki-laki mulai bermanuver kembali bahkan lebih dahsyat selama
dikemacetan, bapa tua di baris ke empat saja tergoda untuk meladeni sang bocah
dengan sahutan suara nggak jelas setidak jelas suara bocah itu yang terus
menerus berteriak dan sepertinya orangtua sang bocah sudah habis akal untuk
mengendalikannya sekaligus merasa malu pada penumpang lain.
Kami
tiba di pool pukul 18:20, Bapa tua dan Mama tua langsung pulang menggunakan
motor yang mereka titipkan di pool tadi pagi sementara aku dan Mamah
melanjutkan perjalanan pulang dengan naik angkot. Angkot pertama yang kami
naiki adalah angkot 05 yang melaju normal hingga kami mengalami macet di
perempatan jalan Inhoftank yang membuat perjalanan kami jadi lamban. Saat
berganti angkot kedua menuju Soreang dari leuwi panjang, mulanya juga biasa
saja sampai ada ibu-ibu yang memaksa masuk walau angkot sudah penuh dan dia
duduk persis disebelah kiriku.
Kursi
angkot berhadap-hadapan yaitu kursi yang panjang untuk 7 orang dan yang lebih
pendek untuk 5 orang. Posisi duduku di kursi yang lebih pendek jadi tak nyaman
karena sepertinya hanya cukup untuk 4 orang bukan 5 orang. Karna dipaksakan,
kakiku jadi sakit, dudukku tak nyaman. Aku sempat berteriak karena sakit di
kakiku saat ibu itu memaksa duduk setelah itu kakiku beberapa kali mengenai
penumpang yang ada dihadapanku, fiuhh.
Bapak
yang duduk di sebelah kananku rupanya melihat kegelisahanku, lalu dia bertanya
“Sakit apa dek?”
“Stroke
pak.” Jawabku kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya dari
si Bapak tentang sakitku. Perempuan disebelah Bapak itu yang duduk sambil
menggandeng tangan si bapak, kupikir itu mungkin istrinya, juga jadi ikut
nimbrung hingga terciptalah satu topik obrolan tentang stroke antara kami
bertiga yang ikut dicuri dengar oleh penumpang lain karena aku melihat beberapa
diantara mereka memperhatikan obrolan kami, hehehe, sedangkan Mamah hanya ikut
menimpali obrolan kami sesekali karena dia lebih fokus memperhatikan jalan.
Aku
bercerita pada bapak ibu itu bahwa aku sempat mengalami tingkat kesadaran yang
rendah saat serangan stroke terjadi kemudian bercerita tentang proses
penyembuhanku juga berbagi cerita tentang stroke karena saudaranya si Ibu pun
mengalami stroke katanya.
Perbincangan
kami terhenti saat Mamah berkata “Kiri.”. Perjalanan jadi tak terasa dan
perhatianku dari kaki yang sakit pun teralihkan karena diisi dengan ngobrol
hingga sakitnya pun tak lagi terasa. Aku dan Mamah turun disertai senyum dari
para penumpang lain saat aku melewati mereka sambil berkata “punten.” juga doa
dari Bapak dan Ibu tadi “Neng semoga sehat terus ya neng. Neng dapet mukjizat dari
Allah jadi harus tetap bersemangat ya Neng biar bisa pulih lagi kayak semula.”
ucap si Ibu yang kujawab dengan berkata “Aamiin!”
Setelah
itu kami lanjutkan naik andong untuk transportasi terakhir menuju rumah, kami
akhirnya tiba pukul 21:00. Hemmm Buah batu ke rumahku kami tempuh 2,5jam
padahal normalnya adalah 30 menit jika naik kendaraan umum, tapi ya inilah
petualangan, hehe.
Mamah, menyesal itu selalu di akhir ya, kan kalau di depan
namanya pendaftaran. Kalau di tengah-tengah namanya rest area makanya ada di
akhir, hahahaha
Mama tua / Bapa tua = kakak ayah
atau ibu. Suami mama tua disebut bapa tua atau sebaliknya
Tante = adik ibu
Tulang = saudara laki-laki ibu
Nantulang = istri Tulang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar