Selasa, 11 Juni 2013

Syair Hati



Hasrat untuk pergi jauh dari tempatku berada belakangan ini terus menggodaku karena aku ingin berada dalam kebebasan, bukan di dalam kungkungan kekakuan manusia. Terkadang hasrat ini bahkan mulai sering mendorongku untuk mendekati tempat simpanan hingga akhirnya tiba-tiba aku berhijrah bahkan sebelum kakiku melangkah pergi jauh seperti yang ingin kulakukan.

Kadang aku berpikir bahwa diri ini mulai mirip seperti kaum yang meminta ‘ini’ setelah dikabulkan permintaan ‘itu’. Kaum yang tidak memenuhi janji ketika apa yang pernah di minta telah tiba pengabulannya. Terus dan terus meminta tanpa henti namun tak pernah bersyukur atas apa yang sudah diterima. Adakah aku begitu Ya Rabb?

Bolehkah aku pergi dari tempat tetap seperti tulang sulbi ayah dan meminta berada di tempat simpanan seperti dalam rahim ibu, hingga nanti waktu perhitungan tiba. Adakah permintaanku itu sama seperti mereka yang meminta untuk cepatnya azab datang namun pada akhirnya mendapat siksa yang pedih padahal masih diberi waktu untuk melakukan perbaikan seperti berita gembira yang Kau beri karena Kau adalah pemberi ampun yang maafnya sepenuh bumi namun juga amat pedih siksanya untuk si pembangkang.

Entah hamba di golongan kaum yang mana tapi rayuan yang berbisik terus memaksa memakan pohon kayu dan mengingatkanku bahwa apa yang kuminta tak kuterima bahkan mungkin tak akan pernah kuterima dan mengusir pergi rayuan yang berbisik itu tidaklah mudah namun aku tahu ada Engkau yang memudahkan segala yang sukar. Engkau yang Tunggal, yang Kuasa, yang tentu bukanlah ayah Uzair karena Kau tidak beranak dan tidak pula diperanak.

Aku tahu bahwa aku juga tidak harus mengadakan bahirah, sa-ibah, washilah ataupun ham seperti Arab jahiliah yang menyembah berhala. Aku hanya perlu berserah diri namun terkadang aku mengeluh tak tahu diri. Kumohon jangan lepaskan dekapan dan genggaman tangan ini. Aku berharap agar aku terus mampu berjalan tanpa terus tertunduk di tempat tetap ini.

Entah apa ini tapi kurasa bukan puncak kebahagiaan. Aku tahu Kau memang benar dan apa yang kukerjakan juga tanpa paksaan tapi sabar yang tanpa batas hampir terkikis oleh bisikan yang membatasi itu. Sungguh aku tidak mau disesatkan olehMu dan aku tahu bahwa hanya padaMu aku berlindung dari prasangka buruk diri ini. Kulabuhkan harap padaMu dan meminta semoga sabar itu tebal kembali, mata tak hanya melihat apa yang ada, hati tak hanya merasakan apa yang ada dan telingaku tak hanya mendengar apa yang terucap.

Ampunan yang luas menyambutku untuk bersujud karena aku sudah meragu dalam kesempitan dariMu dan aku hanya melihat yang apa terlihat saat aku berada dikelapangan seolah aku ini mahluk tanpa akal.

Kini saat aku berada dalam tulang sulbi ayah, kurasa sudah mulai tidak terlalu menyeramkan lagi walau itu hanya secercah harap. Karena aku tahu Kau tak meninggalkanku. Aku mencintaiMu dan aku tahu Sang Maha Cinta selalu mencintai dan mengedepankan kasih sayang kepada siapapun bahkan kepada makhluk seburuk dan senistaku.

Biarkan terus kuteguk cintaMu melalui dia lelaki yang Kau kirim untuk menemaniku karena sekuat apapun aku ingin pergi jauh, ternyata aku tak bisa pergi menjauh dari cintanya selama cinta dariMu Sang Maha Cinta masih tetap ada dihati. Semoga pintu yang kami tuju semakin dekat. Terima kasih untuk kasihMu di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar