28
tahun silam, 14 Juni 1985 melalui proses persalinan yang melelahkan
selama beberapa hari, akhirnya Mamah melahirkanku di bantu dukun beranak
kampung di Hajaban Huta Manik, Sumatra utara, tepat di hari Jumat.
Aku
lalu diberi nama Sutri Yaningsih Manik. Nama yang sangat Jawa sekali
padahal katanya orang Batak. Wkwkwk geje! Kata Mamah Yaningsih itu sama
seperti nama pariban Papah
yang tinggal di Simomagersari, Jl. Indrapura Surabaya, peranakan batak
jawa. Lalu ditambahkan lah nama SUTRI sebagai nama depan untuk semakin
menambah kental nama jawaku. Hemmm ini jadi semacam cinta terpendam Papah dan aku menjadi tumbal, wkwkwk.
Setiap kali aku menyebut namaku SUTRI saat berkenalan, orang akan mengulang dan kembali menanyakan namaku “Siapa tadi? Surti?”
“SUTRI” jawabku
“Oh Putri.” Ucapnya lagi
“Bukan bukan SUTRI.” timpalku
“Oh Sureti!”
“Bukan
Sureti tapi SUTRI, S-U-T-R-I jadi SUTRI! Kayak bilang Putri tapi huruf P
diganti pakai huruf S” ucapku terus berusaha menerangkan.
“Sutri?”
“Ya bener!”jawabku girang
“Ya sutra lah bo, ga penting juga.” Ucapnya santai tapi bikin aku gak santai pengen nimpuk pake balok kayu (anarkis!)
Kejadian
semacam itu selalu berulang saat perkenalan di awal tahun ajaran baru
bersama guru baru, kelas baru, saat berkenalan dengan orang baru atau
saat aku ikut kuis di radio. Penyiar-penyiar semprul akan selalu salah saat menyebut namaku dan aku harus mulai menerangkan.
Itu
orang baru lho, lha wong yang sudah kenal lama saja masih sering salah
sebut atau salah tulis namaku kok. Kadang jadi Sutrianingsih atau Surti
mereka menulisnya, ini jadi kebiasaan pihak administrasi sekolah dan
kelurahan nih sampai-sampai aku jadi rajin untuk mengoreksi dan menambah
urusan administrasi.
Penyebutan
atau penulisan nama jadi terasa sensitif dari zaman dulu dan bikin aku
sejak kecil sampai lulus SMA menjadi tidak suka dengan nama SUTRI.
Karena terdenar tidak cantik seperti Dina, Dewi, Anisa, Gita, Intan dll.
Sutri selalu disebut dengan nada seolah itu adalah nama yang aneh,
tidak di ucapkan dengan gagah dan mantap seperti saat menyebut nama
Bapak presiden RI pertama “SUTRISNO” yang punya 5 huruf yang sama
denganku. Kadang malah aku benar-benar dipangil Sutrisno dengan nada
mengejek. *Arghhhhhh
Apa lagi era Jamrud melejit dengan lagu Surti Tedjo,
pasangan remaja yang mau ber esek-esek di sawah pake kondom korban
salah gaul. WTF, itu masa ter-arghhhhhh banget deh pokoknya. Karena
beberapa orang rajin banget manggil aku Surti dengan bernyanyi ala
Krisyanto lalu tertawa sambil menunjukkan jari tengah *capeDeh, beberapa
orang lainnya malah memanggilku Tedjo dan ah macem-macem deh pokoknya.
Di
SMA, satu sekolah dulu memanggilku SAMSON bahkan sebagian hampir lupa
nama asliku adalah SUTRI, sampai-sampai kalau dulu mereka menelpon
kerumahku, mereka akan berkata “Samson nya ada Om?”
“SAMSON?” tanya ayahku heran lalu bertanya ke seisi rumah “Siapa yang pake nama Samson di rumah ini?”
Lalu
aku akan cepat berlari dengan ekspresi wajah malu dan dengan sigap
mengambil alih telpon. Setelah itu, orang-orang rumah jadi ikut
menyebutku SAMSON dengan nada mengejek. Para kakak, adik dan orang tua
teman-temanku juga jadi ikut-ikutan memanggilku SAMSON saat aku bermain
kerumah mereka sepulang sekolah dan itu terjadi sampai saat ini. Mereka
selalu bilang “Eh, Samson yang suka pisang dan gedang!”
sambil menyodorkan piring berisi pisang, aku akan merespon cukup dengan
nyengir sambil melahap pisang yang kupas nya harus dibuka menjadi 4
bagian tidak boleh 3 karena mengupas kulit pisang menjadi 3 itu adalah
kebiasaan monyet.
Aku
dipanggil SAMSON karena sewaktu kelas satu SMA dulu, aku selalu
diganggu oleh gerombolan anak laki-laki kelas 1-5 yang bersebelahan
dengan ruang kelasku 1-4. Satu hari mereka iseng menggangguku dan
spontan aku mengangkat balok kayu yang besar dan menyerang mereka secara
brutal (mirip Xena the warior princess). Saat aku menyerang mereka,
Gilang Hata salah satu anak kelas 1-5 berteriak memanggilku Samson
diikuti gelak tawa anak-anak lain yang melihat. Lalu karena penampilanku
yang lebih mirip anak laki-laki dari pada anak perempuan, temanku juga
kebanyakan adalah anak laki-laki dan juga karena perilaku yang lebih
mirip anak laki-laki (doyan ikut balapan motor, breakdance dan bermain
sepak bola) maka akhirnya kebanyakan dari teman-temanku justru malah
jadi ikut memanggilku SAMSON sejak saat itu, itu bukan masalah karena
SAMSON terdengar gagah.
Saat
aku mulai menjadi penyiar tahun 2005, nama SUTRI bukanlah nama yang
menjual dan nggak enak di dengar. Bosku bilang, nama itu ribet. Para
pendengar juga selalu salah menyebut namaku. Walhasil nama on air-ku
jadi Sonic Manik di radio pertama dan jadi Manik di radio ke dua. MANIK,
yah sebuah marga yang kebetulan cantik dan terdengar asyik saat di
ucapkan. Tapi semua adikku juga di panggil Manik oleh teman-temannya
*nahLho*
Setelah
lulus SMA baru deh aku mulai agak sedikit suka dengan nama SUTRI dan
semakin suka sejak setahun lalu ketika kantor mengadakan pelatihan dan
ada materi mengenai penerimaan diri. Sejak saat itu aku jadi memiliki
makna tersendiri tentang nama dan diriku sendiri. Sekarang aku sering di
panggil SAMSON oleh kawan saat SMA, dipanggil SUTRI atau MANIK oleh
rekan dan kawan lainnya asal bukan Surti apa lagi Tedjo.
Seseorang
berkata Apalah arti sebuah nama? Oh bagiku itu penting sekali tuan
nyonya, itu identitas diri, sebuah makna yang melekat bersama bayangan
saat kau mengingat seseorang, Mamah awak bilang “Gajah mati meninggalkan
gading, Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan
budi dan nama baik.” Jadi sory kalau awak agak-agak sensi.
Hari
ini tepat di hari Jumat sama seperti 28 tahun silam, aku merayakan
ultah atau milad. Milad kali ini terasa sangat berbeda dari sebelumnya.
Ada sesuatu yang kumaknai begitu dalam. Sesuatu yang sulit ku ceritakan
tapi aku tahu Allah tercinta yang berdiam di Arasy selalu tahu apa yang
aku maksud.
Millad
kali ini indah tapi bukan karena kejutan, kado special ataupun kue tart
seperti dulu. Milad kali ini aku tanpa pekerjaan, dengan kondisi fisik
yang sudah tidak lagi sama, tanpa teman dan sahabat seperti dulu juga
tanpa Ononk tercinta karena dia sedang sibuk dan lelah bekerja
(Kebiasaan ultah di tahun ganjil yang tidak di sengaja!). Hanya ada
Mamah, Papah, adik-adik dan ditambah untaian doa dari beberapa sahabat.
Indah,
ya ini tetaplah indah dan bermakna indah tapi ada yang lebih indah di
hati ini dan ada sebuah rasa syukur karena kembali bertemu 14 Juni.
Sebagian doaku kini sadalah memiliki umur yang bermanfaat, bekal yang
cukup menuju akhirat karena bertambah umur artinya jatah hidup semakin
berkurang dan aku berharap semoga sempat bertemu Ramadhan nanti, aamiin.
Teringat
saat ikut pelatihan kantor yang membuatku belajar tentang makna diri,
ada juga tentang Ho’op (tahu bener tahu kaga nulisnya) yang di ajarkan
dalam pelatihan. Ho’op dilakukan dengan cara diam, menutup mata, menarik
napas tenang dan teratur lalu berbicara mengucap kata maaf, cinta, sayang dan terima kasih
pada diri sendiri. Milad kali ini pun aku sedang berhalangan shalat
jadi cukup merapal doa di dalam hati dan melakukan Ho’op saja dengan
mengucap: Selamat ulang tahun SUTRIku sayang! Terima kasih SUTRI karena
sudah menemani raga ini dengan cinta selama 28 tahun. Maaf jika aku
sering menyakiti dan mendzalimimu, maaf karena aku sering melakukan hal
buruk pada tubuh ini, maaf jika kadang aku tidak menganggap satu jiwa
dan raga kita sehingga raga sering terdiam kaku tanpa jiwa! Terima kasih
SUTRI, aku mencintai dan menyayangimu, SELAMAT ULANG TAHUN SUTRI!”
Orang
lain memang tidak akan mudah memahami diriku, maka saat itulah diri
berperan untuk merangkul diriku sendiri. Karena bersahabat, memahami dan
menerima diri sendiri bersama segala hal yang terjadi dalam hidup
tidaklah begitu sulit. Untuk menapaki hidup dengan pengawasan 2 malaikat
di kiri kanan yang sedang sibuk mencatat amal perbuatan selama menginjak tanah sebelum
berada 2,5 meter di bawah tanah, aku harus menerima dan mencintai
diriku. Kalau aku sendiri membenci diri dan hidupku, apa lagi orang
lain!
SUTRI
tetaplah SUTRI walau dipanggil apa pun oleh kawan dan sahabat. Mereka
tahu aku adalah SUTRI dengan segala macam sifat yang melekat.
Ngomong-ngoong
selamat ulang tahun juga ya untuk kawan-kawan dan sahabat-sahabat yang
sama-sama berulang tahun di bulan Juni ini, love you!
Juni tawa
Juni bahagia berteman air mata haru
Juni penuh cinta dan kejutan
Juniku
Juni kita
Geje = gak jelas
Pariban = Anak perempuan dari saudara laki-laki ibu atau Tulang, yaitu sepupu yang bisa di nikahi
Gedang = buah pepaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar