Menulis bisa membuat apapun jadi lebih luas dari laut! foto koleksi pribadi laut Pangandaran |
Semua
orang memiliki makna tersendiri tentang menulis. Penulis-penulis besar
pun memiliki maknanya tersendiri tentang menulis. Bagiku pribadi,
menulis adalah percintaan antara jiwa, pikiran dan hatiku dengan aksara, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan.
Jadi, sebenarnya, menulis itu memiliki arti yang mudah dan seharusnya
tidak membuatmu jadi sulit untuk berekspresi dengan tulisan karena
menulis itu mudah dan semua orang adalah penulis.
Aku
mulai menulis sejak aku bisa menulis saat mulai mengenal huruf dan
angka. Perjalanan menulisku di mulai dengan menuliskan huruf dan angka
di atas Mirage
yang putih bergaris sesuai instruksi ibu guru yang kutulis dengan
tulisan tangan yang tidak bagus lagi kacau tapi lambat laun huruf dan
angka terangkai semakin baik dengan tulisan tangan yang agak membaik.
Di
tingkatan berikutnya, pola menulisku agak membaik ketika ibu guru yang
lain memintaku dan kawan-kawan untuk menulis cerita tentang pengalaman
menarik kami selama liburan. Aku menulis apa yang terjadi selama liburan
lalu membaca dengan lantang di depan kelas, itu adalah prestasi bagiku.
Berikutnya
saat kelas 6, aku menulis di atas kertas cantik bergambar Winie the
Pooh. Aku menulis kata-kata karangan tentang hal yang juga ku karang
untuk kekasih imajinerku bernama Steven. Setelah menulis surat untuk
Steven, aku kembali menulis surat untukku dari Steven sebagai balasan
atas surat yang sebenarnya tak pernah ku kirim. Balasan surat dari
Steven bahkan kutunjukkan pada Lena, Tutin, Susi dan beberapa teman
sekelasku yang lain sambil tersenyum malu sekaligus bangga karena
teman-temanku tidak memiliki surat seperti suratku.
Adakah Steven itu tipuan?
Kurasa
tidak! Steven itu nyata kok, tapi hanya ada di alam pikiranku!
Sayangnya Steven sudah lama pergi karena cemburu saat aku mulai menyukai
anak laki-laki di dunia fisikku. Maka setelah Steven meninggalkanku,
aku mulai menulis isi hatiku dalam buku harian juga menulis surat yang
masih bertumpuk dan tersimpan hingga kini untuk seorang kakak kelas yang
kusuka di bangku SMP, surat-surat itu hanya pernah ku umbar pada Rahma
sahabatku.
Di
buku harian, aku mulai menulis satu kejadian ke kejadian lain plus
beberapa testimony dari teman-teman (aneh buku harian kok ya ada tulisan
mereka ya wkwkwk). Aku menulis dan terus menulis sebagai ungkapan isi
hati. Disamping itu, aku masih menulis di kertas yang mulai berganti
dari Mirage ke Sinar dunia yang tetap berwarna putih dan bergaris. Aku
juga menulis pada beberapa Kiky milikku yang berwarna-warni dan
bergaris, jumlah Kiky tak banyak karena harganya lebih mahal jadi
tulisan tangan pun di upayakan agak lebih cantik jika sedang menulis di
Kiky.
Aku
berkenalan dengan mesin tik tapi menulis tangan rasanya jauh lebih
mudah dari pada menggunakan mesin tik. Sejak mengenal komputer dari era
DOS hingga kini, maka bagiku menulis tak melulu harus di atas kertas
dengan tulisan tanganku yang tak pernah bagus. Aku cukup datang ke
rental komputer kemudian duduk manis berlama-lama. Setelah itu tulisan
di print dan hasil tulisan yang di cetak tinta ternyata lebih baik dan
teratur di banding tulisan tanganku dengan pinsil
atau pulpen. Waktu berlalu begitu cepat, dunia menawarkan banyak
fasilitas menggoda untuk kucicipi dalam hal menulis semisal sms, social
media, blog dll. ‘Aku bermimpi jadi penulis!’
Sejak
dulu, banyak tulisan yang kubuat, ada tulisan ilmiah remaja yang ku
ikutkan lomba tapi tak pernah lolos jadi pemenang ataupun nominasi. Ada
tulisan tentang hal imajiner/fiksi yang ku buat berupa cerpen atau
cermin yang kemudian ku kirim ke majalah remaja, koran dll tapi
Alhamdulillah tak ada satu pun juga dari tulisanku itu yang di terbitkan
juga tak pernah kembali kepadaku (hahaha).
Tulisan
milik orang lain kadang muncul dan mirip dengan tulisan yang ku kirim,
kupikir karena otak manusia yang satu dengan yang lain bisa memiliki
kesamaan pikiran, jadi hal itu wajar menurutku. Kadang apa yang ku tulis
pun bisa saja sama dengan tulisan orang lain apa lagi jika aku terlalu
banyak membaca karya tulisan dari satu orang penulis, maka gaya tulisan
dan bahasaku akan terpengaruh jadi mirip dengan tulisannya.
Terlalu
sering di tolak membuatku jadi enggan menulis untuk dikirimkan. Aku
hanya menulis untuk script informasi saat aku siaran dan menulis untuk
diriku sendiri di buku harian. Itulah perjalanan menulisku. Saat ini aku
berupaya terus menulis minimal 1 tulisan dalam satu hari yang ku share
di Kompasiana juga di blog milikku atau cukup ku simpan sendiri saja.
Aku menulis tentang apa pun, kapan pun dan di mana pun untuk melatih
otakku yang sempat terendam 70 cc darah sekaligus melatih agar daya
pikirku tidak sengklek, wkwkwk.
Tak
harus hebat dalam menulis untuk bisa menjadi seorang penulis. Bahkan
saat kau menulis daftar hutang di secarik kertas tersembunyi pun itu
tetap saja menulis, hahaha. Menulis itu mudah, semua orang adalah
penulis, penulis cerita hidup yang di catat oleh malaikat di kiri kanan.
Lalu, masihkah menulis itu sulit?
Hati-hati! Menulis bisa menyebabkan kecanduan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar