Rabu, 19 Juni 2013

masihkah menulis itu sulit?




Menulis bisa membuat apapun jadi lebih luas dari laut! foto koleksi pribadi laut Pangandaran



Semua orang memiliki makna tersendiri tentang menulis. Penulis-penulis besar pun memiliki maknanya tersendiri tentang menulis. Bagiku pribadi, menulis adalah percintaan antara jiwa, pikiran dan hatiku dengan aksara, sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat dengan tulisan. Jadi, sebenarnya, menulis itu memiliki arti yang mudah dan seharusnya tidak membuatmu jadi sulit untuk berekspresi dengan tulisan karena menulis itu mudah dan semua orang adalah penulis.
Aku mulai menulis sejak aku bisa menulis saat mulai mengenal huruf dan angka. Perjalanan menulisku di mulai dengan menuliskan huruf dan angka di atas Mirage yang putih bergaris sesuai instruksi ibu guru yang kutulis dengan tulisan tangan yang tidak bagus lagi kacau tapi lambat laun huruf dan angka terangkai semakin baik dengan tulisan tangan yang agak membaik.
Di tingkatan berikutnya, pola menulisku agak membaik ketika ibu guru yang lain memintaku dan kawan-kawan untuk menulis cerita tentang pengalaman menarik kami selama liburan. Aku menulis apa yang terjadi selama liburan lalu membaca dengan lantang di depan kelas, itu adalah prestasi bagiku.
Berikutnya saat kelas 6, aku menulis di atas kertas cantik bergambar Winie the Pooh. Aku menulis kata-kata karangan tentang hal yang juga ku karang untuk kekasih imajinerku bernama Steven. Setelah menulis surat untuk Steven, aku kembali menulis surat untukku dari Steven sebagai balasan atas surat yang sebenarnya tak pernah ku kirim. Balasan surat dari Steven bahkan kutunjukkan pada Lena, Tutin, Susi dan beberapa teman sekelasku yang lain sambil tersenyum malu sekaligus bangga karena teman-temanku tidak memiliki surat seperti suratku.
Adakah Steven itu tipuan?
Kurasa tidak! Steven itu nyata kok, tapi hanya ada di alam pikiranku! Sayangnya Steven sudah lama pergi karena cemburu saat aku mulai menyukai anak laki-laki di dunia fisikku. Maka setelah Steven meninggalkanku, aku mulai menulis isi hatiku dalam buku harian juga menulis surat yang masih bertumpuk dan tersimpan hingga kini untuk seorang kakak kelas yang kusuka di bangku SMP, surat-surat itu hanya pernah ku umbar pada Rahma sahabatku.

Di buku harian, aku mulai menulis satu kejadian ke kejadian lain plus beberapa testimony dari teman-teman (aneh buku harian kok ya ada tulisan mereka ya wkwkwk). Aku menulis dan terus menulis sebagai ungkapan isi hati. Disamping itu, aku masih menulis di kertas yang mulai berganti dari Mirage ke Sinar dunia yang tetap berwarna putih dan bergaris. Aku juga menulis pada beberapa Kiky milikku yang berwarna-warni dan bergaris, jumlah Kiky tak banyak karena harganya lebih mahal jadi tulisan tangan pun di upayakan agak lebih cantik jika sedang menulis di Kiky.
Aku berkenalan dengan mesin tik tapi menulis tangan rasanya jauh lebih mudah dari pada menggunakan mesin tik. Sejak mengenal komputer dari era DOS hingga kini, maka bagiku menulis tak melulu harus di atas kertas dengan tulisan tanganku yang tak pernah bagus. Aku cukup datang ke rental komputer kemudian duduk manis berlama-lama. Setelah itu tulisan di print dan hasil tulisan yang di cetak tinta ternyata lebih baik dan teratur di banding tulisan tanganku dengan pinsil atau pulpen. Waktu berlalu begitu cepat, dunia menawarkan banyak fasilitas menggoda untuk kucicipi dalam hal menulis semisal sms, social media, blog dll. ‘Aku bermimpi jadi penulis!’
Sejak dulu, banyak tulisan yang kubuat, ada tulisan ilmiah remaja yang ku ikutkan lomba tapi tak pernah lolos jadi pemenang ataupun nominasi. Ada tulisan tentang hal imajiner/fiksi yang ku buat berupa cerpen atau cermin yang kemudian ku kirim ke majalah remaja, koran dll tapi Alhamdulillah tak ada satu pun juga dari tulisanku itu yang di terbitkan juga tak pernah kembali kepadaku (hahaha).
Tulisan milik orang lain kadang muncul dan mirip dengan tulisan yang ku kirim, kupikir karena otak manusia yang satu dengan yang lain bisa memiliki kesamaan pikiran, jadi hal itu wajar menurutku. Kadang apa yang ku tulis pun bisa saja sama dengan tulisan orang lain apa lagi jika aku terlalu banyak membaca karya tulisan dari satu orang penulis, maka gaya tulisan dan bahasaku akan terpengaruh jadi mirip dengan tulisannya.
Terlalu sering di tolak membuatku jadi enggan menulis untuk dikirimkan. Aku hanya menulis untuk script informasi saat aku siaran dan menulis untuk diriku sendiri di buku harian. Itulah perjalanan menulisku. Saat ini aku berupaya terus menulis minimal 1 tulisan dalam satu hari yang ku share di Kompasiana juga di blog milikku atau cukup ku simpan sendiri saja. Aku menulis tentang apa pun, kapan pun dan di mana pun untuk melatih otakku yang sempat terendam 70 cc darah sekaligus melatih agar daya pikirku tidak sengklek, wkwkwk.
Tak harus hebat dalam menulis untuk bisa menjadi seorang penulis. Bahkan saat kau menulis daftar hutang di secarik kertas tersembunyi pun itu tetap saja menulis, hahaha. Menulis itu mudah, semua orang adalah penulis, penulis cerita hidup yang di catat oleh malaikat di kiri kanan. Lalu, masihkah menulis itu sulit?



Hati-hati! Menulis bisa menyebabkan kecanduan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar